1
1

Investor Harus Punya Portofolio Investasi yang Terdiversifikasi

Dimas Ardhinugraha, Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia. | Foto: MAMI

Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah risiko perang tarif, penurunan perdagangan global, volatilitas pasar finansial dan mata uang, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi fokus dan kekhawatiran investor domestik. Kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi domestik membuat pasar finansial Indonesia bulan Februari lalu sangat fluktuatif.

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) melihat bahwa kebijakan utama Pemerintah Indonesia saat ini adalah untuk mencari keseimbangan antara menopang pertumbuhan jangka pendek dan jangka panjang. Konsumsi domestik dalam kondisi yang lemah, tercermin dari kontribusi konsumsi terhadap PDB Indonesia sebelum pandemi berada di kisaran 55 persen hingga 58 persen, dan saat ini di kisaran 54 persen.

|Baca juga:Kamu Mau Cerdas Berinvestasi Sejak Dini? Coba Baca Informasi Berikut Ini!

Investment Specialist MAMI, Dimas Ardhinugraha, mengatakan bahwa pemulihan ekonomi pasca pandemi yang tidak merata menjadi salah satu penyebab pelemahan konsumsi dan mengancam pertumbuhan ekonomi jangka pendek. Pemerintah terlihat menyadari hal ini, dan berupaya memberikan solusi cepat untuk menopang ekonomi jangka pendek, tercermin dari berbagai kebijakan populis yang dirilis seperti program MBG, kenaikan UMR, kenaikan upah ASN, pembatalan kenaikan PPN dan stimulus fiskal.

“Secara teori, kebijakan pro-konsumsi ini dapat cepat mengangkat pertumbuhan ekonomi, karena Indonesia memiliki rata-rata proporsi pendapatan untuk konsumsi yang tinggi di 74 persen,” kata Dimas dalam keterangan resmi MAMI yang dikutip Jumat, 14 Maret 2025.

Dia tambahkan, sejalan dengan misi menopang ekonomi jangka pendek melalui konsumsi, di saat yang sama pemerintah juga tidak melupakan visi untuk mendorong ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan melalui investasi, karena pertumbuhan investasi merupakan faktor penting dalam penciptaan lapangan kerja.

|Baca juga: Mau Cuan dari Investasi Properti? Simak 3 Tips Penting Ini!

Sebelum pandemi, rata-rata pertumbuhan komponen investasi pada PDB Indonesia adalah kisaran lima persen dan ini perlu ditingkatkan. Bappenas memperkirakan rata-rata pertumbuhan investasi delapan persen dibutuhkan untuk dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen.

“Pembentukan Danantara merupakan bentuk solusi pemerintah yang dipandang dapat mengoptimalkan pengelolaan aset dan investasi negara, walau saat ini masih terdapat ketidakpastian di pasar terkait transparansi pengelolaannya,” tutur Dimas.

Di sisi lain, Pasar saham Indonesia tertekan terutama dipengaruhi oleh pandangan investor asing untuk mengurangi eksposur investasi di kawasan negara berkembang di tengah iklim penguatan dolar AS, ketidakpastian kondisi geopolitik, serta rilis earnings korporasi domestik yang tidak sesuai ekspektasi.  Stabilitas nilai tukar dan pelonggaran likuiditasi menjadi kunci pemulihan sentimen pasar saham.

|Baca juga: 4 Jenis Investasi Jangka Pendek Beserta Keuntungannya

Menurut Dimas, secara historis pasar saham cenderung mencatat kinerja positif pada kondisi nilai tukar Rupiah stabil atau menguat, serta kondisi likuiditas melonggar. “Kami berharap ini dapat terjadi setelah ‘the dust settles’ ketika pengenaan tarif AS sudah lebih jelas, apalagi jika kemudian juga dibantu oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” tuturnya.

Kondisi sedikit berbeda terjadi di pasar obligasi, di tengah dinamika pasar yang masih tinggi, minat investor asing terhadap pasar obligasi Indonesia menunjukkan perbaikan. Hal ini ditopang oleh sinyal dan komunikasi BI bahwa ruang pemangkasan suku bunga tetap terbuka.

Selain itu permintaan untuk SBN diperkirakan dapat membaik seiring dengan tingkat imbal hasil dan penerbitan SRBI yang menurun. Sebelumnya SRBI menyedot likuiditas dari SBN karena tingkat imbal hasil SRBI yang lebih tinggi. “Namun dengan saat ini imbal hasil SRBI menurun di bawah imbal hasil SBN, maka berpotensi untuk meningkatkan daya tarik SBN kembali,” kata Dimas.

Namun tidak bisa dipungkiri, risiko tetap ada dipengaruhi dinamika pasar global yang tinggi serta persepsi pasar terhadap kebijakan domestik menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sentimen pasar. “Untuk menyikapi kondisi ini, menurut kami investor harus memiliki portofolio investasi yang terdiversifikasi guna meminimalkan tingkat risiko, namun dapat tetap stay invested di pasar untuk menangkap potensi pembalikan arah di pasar,” jelasnya.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
IHSG
Prev Post Akhir Pekan IHSG Terpangkas Dalam
Next Post Inilah Tiga Tips Bijak untuk Kelola THR dari Easycash

Member Login

or