1
1

Investor Saham Disarankan Perhatikan Faktor Fundamental Perusahaan

Bursa Saham Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Investor saham disarankan untuk tetap memperhatikan faktor fundamental perusahaan dalam bertransaksi pada pekan ini, sedangkan bagi investor obligasi disarankan mencermati rilis data ekonomi AS.

Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update yang diterbitkan oleh Infovesta Utama, IDX Composite (IHSG) dalam sepekan terakhir bergerak bullish dengan pertumbuhan sebesar +0,52% ke level 6.895,44 poin. Meskipun indeks menguat, tetapi asing melakukan aksi net sell pada pasar saham sebesar Rp2,71 triliun.

Sentimen dari domestik, rilis indeks harga properti pada kuartal II/2023 mengalami peningkatan sebesar 1,92% (prev : 1,79%), kemudian Rilis data Neraca Berjalan terkontraksi menjadi -US$1,9 miliar pada Juni (prev: US$3,0 miliar).

Terkontraksinya Neraca Berjalan disebabkan nilai ekspor dan impor beberapa bulan terakhir mencatatkan kinerja yang melambat serta harga komoditas global yang terus mengalami pelemahan. Belum cepatnya pemulihan ekonomi China yang menjadi akibat menjadi salah satu negara mitra dagang terbesar Indonesia disinyalir juga memberikan tekanan untuk gerak ekspor-impor domestik.

|Baca juga: MARKET REVIEW: IHSG Berhasil Rebound, Asing Net Buy Rp1,37 Triliun

Sedangkan sentimen dari global, Suku bunga Pinjaman 1 tahun dan 5 tahun China tercatat masing masing pada Juni sebesar 3,45% (prev : 3,55%) dan 4,2% (prev : 4,2%). Bank sentral China telah memangkas suku bunga pinjaman jangka pendek (1 tahun) sebagai langkah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi China. Bank sentral China juga akan tetap mendorong lebih banyak lagi likuiditas untuk meningkatkan aktivitas bisnis. Proyeksi pertumbuhan ekonomi China di akhir tahun 2023 ini terlihat cukup optimistis, China harus lebih giat lagi dalam menggerakkan aktivitas perekonomiannya untuk memenuhi target ekonomi.

Sedangkan dari AS,rilis data S&P Global PMI Flash Manufakur dan Services pada Agustus masing-masing mengalami perlambatan sebesar 47 poin (prev : 49 poin) dan 51 poin (prev : 52,3 poin). Terjadinya perlambatan indeks PMI menandakan aktivitas bisnis AS cenderung mengalami penurunan baik dari sisi output dan pesanan baru. Hal ini dapat menjadi sinyal terhadap tingkat inflasi terutama dari sisi harga bahan baku dan biaya jasa.

Infovesta menerangkan pasar obligasi dalam sepekan terakhir tercermin pada yield obligasi pemerintah 10 tahun mengalami peningkatan sebesar 3,6bps ke level 6,52%. Sentimen dari domestik, Bank Indonesia pada RDG-BI telah mempertahankan suku bunga BI7-DRR di level 5,75%.

Meskipun BI tetap mempertahankan tingkat suku bunganya namun belum mampu mendorong penguatan pasar obligasi dikarenakan masih kuatnya risiko dari global yakni pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang kembali bernada hawkish dimana The Fed perlunya kembali mengerek suku bunga FFR tambahan untuk menekan inflasi secara efektif. Hal ini nantinya akan membuat spread antara BI-7DRR dengan FFR semakin mengecil, sehingga dapat mempengaruhi daya tarik foreign terhadap pasar obligasi domestik.

“Dalam sepekan ke depan, pada pasar saham, di tengah masih maraknya IPO saham, investor diharapkan tetap dapat memperhatikan faktor fundamental perusahaannya. Sedangkan pada pasar obligasi, investor disarankan tetap mencermati beberapa data AS sambil mencermati perkembangan langkah The Fed yang kembali bernada hawkish.”

 

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Ikuti Sentimen Regional, Rupiah Diperkirakan Berpotensi Menguat
Next Post Memanfaatkan Penurunan Yield Obligasi AS, Emas Spot Berpeluang Menguat

Member Login

or