Media Asuransi, JAKARTA – Adopsi obligasi di pasar sekunder di Indonesia masih tergolong rendah, terutama akibat kurangnya pemahaman investor ritel terhadap mekanisme dan cara kerja obligasi di pasar sekunder. Data statistik Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per akhir Maret 2025 menunjukkan jumlah investor ritel untuk SBN baru mencapai 1,19 juta investor.
Angka itu lebih rendah dari jumlah investor pasar modal yang telah mencapai 15,7 juta investor, jumlah investor saham 6,7 juta investor, dan jumlah investor reksa dana 14,8 juta investor. Selain itu, minimnya transparansi harga serta keberadaan biaya tersembunyi menjadi salah satu hambatan yang menghalangi investor untuk memaksimalkan potensi keuntungan mereka.
|Baca juga: BCA (BBCA) Percepat Pengakhiran Program Buyback Saham, Ada Apa?
|Baca juga: BTN Tegaskan Komitmen Kesetaraan Gender Lewat Srikandi BTN
Mengutip keterangan tertulisnya, Senin, 19 Mei 2025, melihat kondisi tersebut, PT Indo Premier Sekuritas, kini ‘turun gunung’ untuk menjual obligasi secara langsung kepada investor ritel melalui platform IPOT Bond.
Indo Premier menduduki peringkat pertama di Bloomberg League Table untuk penerbitan Obligasi dan Sukuk Rupiah selama delapan tahun berturut-turut (2017–2024) dan menjadi penguasa pasar dengan market share sebesar 15,15 persen pada 2024.
Hingga 2024, Indo Premier telah menerbitkan 89 penerbitan yang terdiri atas 62 obligasi, 17 sukuk, lima US$ Bonds, tiga green bond, dan dua perpetual note dengan nilai emisi Rp87,4 triliun dan porsi Indo Premier mencapai Rp21,4 triliun.
Direktur Utama Indo Premier Sekuritas Moleonoto The menegaskan IPOT Bond hadir sebagai bentuk komitmen Indo Premier untuk membantu investor ritel meraih keuntungan maksimal dari obligasi dengan menawarkan harga terbaik yang dapat diakses oleh para investor.
|Baca juga: BRI Fokus Jaga Kualitas Aset dan Pembiayaan UMKM di Tengah Tekanan Ekonomi Global
|Baca juga: AFTECH Soroti Transaksi Digital yang Terus Melonjak, Namun Literasi Keuangan Makin Rendah
“Melalui IPOT Bond, kami membuka jalan bagi investor ritel untuk meraih potensi keuntungan yang lebih maksimal dengan akses harga terbaik, baik obligasi pemerintah maupun korporasi, serta kemudahan likuiditas yang ditingkatkan. Ini bukan sekadar fitur, tapi langkah konkret mengubah cara kita melihat, mengakses, dan memaksimalkan investasi obligasi,” ujarnya.
IPOT Bond bukan hanya pelengkap, tambahnya, tetapi bagian dari transformasi yang lebih besar tentang bagaimana Indo Premier menghadirkan lebih banyak pilihan instrumen investasi melalui aplikasi IPOT.
“Kami percaya, dengan akses yang mudah dan harga yang lebih kompetitif, investor ritel bisa menikmati keuntungan maksimal dari IPOT Bond,” tutup Moleonoto.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News