Media Asuransi, JAKARTA – Di tengah aksi jual investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan beragam isu global yang membayangi, investor disarankan untuk mengevaluasi kembali produknya dengan memperbesar porsi obligasi korporasi yang lebih terkendali.
Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama memaparkan bahwa di tengah membaiknya kasus harian Covid-19, kepemilikan asing di pasar SBN menyusut hingga Rp15,06 triliun sepanjang tahun 2021.
Beragam isu global yang membayangi seperti rencana tapering yang akan dimulai pertengahan November 2021, percepatan kenaikan tingkat suku bunga The Fed pada pertengahan tahun 2022, krisis likuiditas perusahaan raksasa properti China – Evergrande serta kekhawatiran stagflasi di negara-negara maju, memicu fluktuasi pergerakan pasar obligasi.
“Hal tersebut berpotensi menekan kinerja reksa dana berbasis surat utang. Ditinjau selama sebulan terakhir, tampak harga obligasi tertekan secara berturut-turut.”
|Baca juga: Menimbang Peluang Terjadinya Window Dressing di Tahun 2021
Meski demikian, kinerja obligasi melalui Infovesta Government Bond Index (IGBI) kembali bergerak positif (0,10%) sepekan lalu sejalan dengan aksi beli asing sebesar Rp5,8 triliun. Hal tersebut berdampak pada kinerja reksa dana berbasis surat utang.
Ke depannya, potensi penarikan dana asing dapat berpengaruh pada pelemahan nilai tukar rupiah dan menekan kinerja reksa dana berbasis surat utang seiring dengan tapering yang akan dimulai bulan depan dan dampaknya yang akan tetap terasa, meskipun tidak sebesar taper tantrum pada 2013 silam.
Di sisi lain, fundamental ekonomi domestik yang sudah cukup baik, ditunjukkan oleh leading indicator yang terus mengalami perbaikan pascamembaiknya kasus Covid-19, memberikan optimisme terhadap ketahanan ekonomi Indonesia menghadapi dampak tapering.
Lebih jauh, dukungan Bank Indonesia melalui triple intervention policy termasuk pembelian SBN di pasar sekunder dan burden sharing antara Kemenkeu dan BI, menopang kinerja pendapatan tetap.
Berbagai isu di atas berdampak pada fluktuasi harga obligasi. Hal tersebut mendorong manajer investasi untuk mengevaluasi kembali produknya dengan menerapkan sejumlah strategi seperti memperbesar porsi obligasi korporasi yang secara harga dan volatilitas pasarnya lebih terkendali dibanding SBN.
“Kami memandang bahwa strategi tersebut dapat mendorong kinerja produk reksa dana berbasis surat utang lebih baik ke depannya di tengah gejolak pasar obligasi yang terjadi.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News