Media Asuransi, JAKARTA – Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, mengatakan bahwa resesi global yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023 mendatang, tidak akan banyak menyentuh Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Beberapa negara di kawasan ini diprediksi oleh Bank Dunia akan mencatatkan pertumbuhan di atas 5 persen pada tahun depan.
Hal ini disampaikan Jusuf Kalla saat memberikan pidato kunci (keynote speech) secara daring, dalam diskusi panel bertema “Global Economy: Reflections and Challenges for Indonesia post G20 Presidency”. Diskusi panel diselenggarakan Universitas Paramadina dan Konrad Adenauer Stiftung (KAS), Jerman, di Jakarta, Rabu, 2 November 2022.
Menurut Jusuf Kalla, perang Rusia-Ukraina dan beberapa perseteruan antarnegara, telah mengakibatkan krisis ekonomi di Eropa dan berdampak pada ekonomi kewilayahan lainnya. Namun, menurutnya dampak ekonomi bagi wilayah Asia Tenggara tak terlampau besar.
Mengutip ramalan Bank Dunia, Jusuf Kalla mengatakan bahwa perekonomian Vietnam masih dapat tumbuh 7,5 persen, Filipina tumbuh 6,5-7 persen, Malaysia tumbuh 6,4 persen, dan Indonesia tumbuh 5 persen. “Di ASEAN kita nomor 4. Artinya kita mempunyai peluang lebih baik lagi,” katanya.
|Baca juga: Indonesia Tidak Akan Resesi, Ini Sebabnya
Hal ini juga berarti bahwa krisis energi dan krisis pangan di dunia yang terjadi belakangan, justru memberikan peluang bagi kita. Menurut Jusuf Kalla, di mana terjadi suatu krisis di suatu wilayah, itu dapat memberikan manfaat bagi sebuah apabila negara itu mampu mengisi kebutuhan itu.
“Jangan dianggap krisis dunia itu merupakan krisis keseluruhan, tetap ada yang mengambil manfaat. Vietnam mengambil manfaat, Filipina juga. Mengapa kita tidak? Berarti ada harus evaluasi kebijakan kita sehingga kita bisa dapat. Saya yakin resesi dunia tidak banyak menyentuh Asia tenggara. Karena kita cukup listrik, bahkan pasokan dari PLN berlebih, harga batu bara naik. Kita baru swasembada pangan beras, bahkan diberi penghargaan. Itu artinya kita tidak memiliki 2 hal yang menyebabkan resesi negara-negara Eropa,” jelas Jusuf Kalla.
Lebih lanjut dia tambahkan, pengalaman menghadapi krisis keuangan akibat perekonomian Amerika jatuh beberapa tahun lalu. Saat itu perekonomian Indonesia masih tumbuh 4,5 persen. Memang turun dari 6 persen di tahun sebelumnya, tapi dalam 1 tahun pertumbuhan ekonomi kita kembali naik. “Berarti tidak semua ekonomi dunia ini tersambung. Oleh karena itu jangan pesimistis, mari kita optimistis. Justru dari krisis itu kita dapat mengambil manfaat mendukung dunia dengan mengambil manfaat ekonominya,” jelas Jusuf Kalla.
Dalam kondisi seperti ini, Wapres RI ke-10 dan ke-12 ini menyarankan agar Indonesia terus menjaga hubungan baik dengan negara lain. Perjanjian perdagangan harus cepat direaliasikan, jangan ketinggalan mengambil manfaatnya. Karena dibandingkan dengan Vietnam, Filipina, dan Malaysia, sumber daya alam kita jauh lebih baik. “Berarti kebijakan kita, kebijakan keuangan, moneter, investasi, dan energi, harus kita perbaiki. Hukum yang menyebabkan orang khawatir untuk investasi harus serius kita perbaiki,” tegasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News