Dikutip dari keterangan resmi perseroan, angka tersebut bahkan mengalahkan kinerja FY-2021 dengan selisih yang signifikan, yaitu meningkat 110,5% dibandingkan dengan keseluruhan kinerja 2021 sebesar US$79,1 juta. EBITDA Perseroan pada 11M-2022 tumbuh positif 127,6% mencapai US$66,3 juta, dari US$29,1 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Hal tersebut menjadikan laba bersih IATA naik 100,1% yoy dari US$22,9 juta pada 11M-2021 menjadi US$45,8 juta pada 11M-2022. Bahkan dibandingkan dengan FY-2021, kinerja 11M-2022 IATA jauh mendominasi.
|Baca juga: MNC Energy (IATA) Raih Kontrak Penjualan Batu Bara US$108 Juta
Selain pendapatan, EBITDA perseroan juga melambung hingga 468,3% dari US$11,7 juta menjadi US$66,3 juta. Alhasil, laba bersih berhasil melesat 729,1%, dari US$5,5 juta pada Desember 2021 menjadi US$45,8 juta dalam sebelas bulan tahun lalu.
Dari sisi neraca, total aset perseroan meningkat 107,4% dari US$99,9 juta pada FY-2021 menjadi US$207,2 juta pada 11M-2022. Total ekuitas pada 11M-2022 juga tercatat positif sebesar US$89,0 juta setelah sempat negatif efek konsolidasi akuisisi PT Bhakti Coal Resources (BCR) ke dalam laporan keuangan konsolidasian perseroan.
Perseroan telah menyelesaikan proses Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD atau Rights Issue) pada November 2022, akuisisi telah dibayarkan lunas sehingga ekuitas menjadi positif dan PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) resmi mengantongi 44,1% saham IATA.
Kinerja gemilang IATA tidak lepas dari langkah manajemen menajamkan fokus investasi di sektor energi. Perseroan masih akan terus menggenjot produksi, memanfaatkan momentum tingginya permintaan dan harga batu bara di pasar internasional.
Pada tahun 2023, produksi batu bara IATA ditargetkan melebihi 7 juta MT. Dengan asumsi harga batu bara USD 50/MT, akan menghasilkan pendapatan sebesar US$350 juta. Angka tersebut akan terus meningkat seiring bertambahnya IUP yang beroperasi dan kemampuan perseroan untuk mendapatkan kontrak pembelian batu bara.
Saat ini, IATA memiliki cadangan batu bara sebanyak 332 juta MT dari 20% keseluruhan area penambangan seluas 72.478 Ha. Tidak berhenti di situ, perseroan aktif mengeksplorasi 59.035 Ha area yang diyakini memiliki cadangan terbukti hingga 600 juta MT untuk semua IUP.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News