Media Asuransi, GLOBAL – Harga minyak dunia naik tipis pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Penguatan terjadi lantaran Badan Informasi Energi (EIA) AS menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun ini, sementara OPEC tetap pada perkiraan pertumbuhan yang relatif kuat pada 2024.
Mengutip The Business Times, Rabu, 12 Juni 2024, minyak mentah berjangka Brent naik 29 sen atau 0,4 persen menjadi US$81,92 per barel, melanjutkan pemulihan tajam karena kekhawatiran kelebihan pasokan telah surut sejak Brent ditutup pada US$77,52 seminggu sebelumnya, yang merupakan level terendah sejak Februari.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 16 sen, atau 0,2 persen, menjadi menetap di US$77,90. Sedangkan EIA menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2024 menjadi 1,10 juta barel per hari dari perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan sebesar 900 ribu barel per hari.
|Baca juga: 4 Rekomendasi Saham saat IHSG Tengah Merana
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global yang relatif kuat pada 2024, dengan mengutip ekspektasi sektor perjalanan dan pariwisata pada paruh kedua.
Investor nantikan data inflasi AS
Di sisi lain, harga emas global melemah pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Kondisi tersebut karena investor menunggu data inflasi AS dan pengumuman kebijakan Federal Reserve minggu ini, setelah laporan gaji yang lebih kuat dari perkiraan pada Jumat.
Harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi US$2,306.38 per ons pada 01.09 GMT. Emas berjangka AS turun 0,2 persen menjadi US$2.323,00. Perak di pasar spot turun 0,7 persen menjadi US$29,56 per ons, platinum turun 0,1 persen menjadi US$966,85, dan paladium turun 0,1 persen menjadi US$903,25.
Emas batangan turun 3,5 persen, atau sekitar US$83, pada Jumat, yang merupakan penurunan terbesar sejak November 2020 setelah data pekerjaan AS dan laporan bahwa bank sentral Tiongkok menunda pembelian emas.
Tiongkok, yang merupakan pembeli emas terbesar di sektor ini, diperkirakan melanjutkan belanja emas batangan setelah harga turun dari rekor tertinggi yang dicapai pada Mei. Hal itu karena alasan fundamental untuk logam tersebut masih ada, kata para pelaku industri pada konferensi minggu ini.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News