Media Asuransi, GLOBAL – Harga minyak ditutup lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Pelemahan terjadi karena investor mempunyai pandangan yang lebih beragam terhadap hilangnya kapasitas kilang Rusia setelah serangan Ukraina baru-baru ini.
Mengutip The Business Times, Rabu, 27 Maret 2024, minyak mentah berjangka Brent di bulan depan yang akan habis masa berlakunya pada Kamis turun 50 sen menjadi US$86,25 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 33 sen atau 0,4 persen menjadi US$81,62.
Kontrak berjangka Brent yang lebih aktif diperdagangkan untuk Juni turun 33 sen menjadi US$85,96. Adapun harga minyak turun tipis setelah Pemerintah Rusia memerintahkan perusahaan-perusahaan untuk memangkas produksi pada kuartal kedua untuk memenuhi target 9 juta barel per hari (bpd) untuk memenuhi janji kepada kelompok konsumen OPEC+.
|Baca juga: OJK Sebut 10 Unit Usaha Syariah Tak Lanjutkan Aksi Spin Off, Kenapa?
Rusia, salah satu dari tiga produsen minyak terbesar dunia dan salah satu eksportir produk minyak terbesar, juga menghadapi rentetan serangan baru-baru ini terhadap kilang minyaknya oleh Ukraina dan telah melancarkan serangannya sendiri terhadap infrastruktur energi Ukraina.
Emas menguat tipis
Di sisi lain, harga emas dunia naik tipis pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Emas didukung oleh melemahnya dolar AS karena fokus investor beralih ke data inflasi AS yang akan dirilis akhir pekan ini, yang dapat memberikan lebih banyak petunjuk mengenai waktu penurunan suku bunga pertama Federal Reserve pada tahun ini.
Harga emas di pasar spot naik 0,1 persen menjadi US$2.172,82 per ons pada pukul 01.22 GMT. Sedangkan emas berjangka AS turun 0,1 persen menjadi US$2.173,70 per ons. Sementara itu, perak di pasar spot datar pada US$24,68 per ons, platinum naik 0,4 persen menjadi US$906,10, dan paladium naik 0,4 persen menjadi US$1.009,14.
Adapun harga emas mencapai rekor tertinggi pada minggu lalu setelah pembuat kebijakan Fed mengindikasikan bahwa mereka masih memperkirakan mengurangi suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase pada akhir 2024, meskipun angka inflasi tinggi baru-baru ini.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News