1
1

Ketegangan Timur Tengah Mereda, Harga Minyak dan Emas Kompak Menguat

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Harga minyak naik lebih dari US$1 per barel pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Penguatan terjadi karena indeks dolar AS jatuh ke level terendah dalam lebih dari seminggu dan investor mengalihkan fokus mereka dari ketegangan di Timur Tengah ke keadaan ekonomi global.

Mengutip The Business Times, Rabu, 24 April 2024, minyak mentah berjangka Brent naik US$1,42 atau 1,6 persen menjadi US$88,42 per barel. Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik US$1,46 atau 1,8 persen menjadi US$83,36 per barel.

Indeks dolar AS melemah setelah data S&P Global menunjukkan aktivitas bisnis AS melemah pada April ke level terendah dalam empat bulan karena melemahnya permintaan. Greenback yang lebih murah biasanya meningkatkan permintaan minyak dalam mata uang dolar dari investor yang memegang mata uang lainnya.

|Baca juga: Wall Street Merekah, Dolar AS Goyah

Dukungan lebih besar terhadap harga datang dari data zona euro yang menunjukkan aktivitas bisnis berkembang pada bulan ini dengan laju tercepat dalam hampir satu tahun. “Pasar berada di bawah tekanan karena hanya sedikit atau bahkan tidak ada pertumbuhan di zona euro,” kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow.

Harga emas menguat tipis

Di sisi lain, harga emas global menguat tipis pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Namun berada di dekat level terendah satu minggu di sesi sebelumnya, seiring meredanya kekhawatiran terhadap konflik Timur Tengah yang lebih luas, meningkatkan selera risiko investor dan menurunkan permintaan aset safe-haven emas batangan.

Harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi US$2,333.29 per ons pada 0116 GMT. Emas berjangka AS tidak berubah pada US$2.346,70 per ons. Perak di pasar spot naik 0,4 persen menjadi US$27,31 per ons, platinum naik 0,2 persen menjadi US$919,05, dan paladium turun 0,1 persen menjadi US$1.007,58.

Sementara itu, Teheran meremehkan serangan drone balasan Israel terhadap Iran, yang tampaknya merupakan langkah yang bertujuan untuk mencegah eskalasi regional. Para pembuat kebijakan termasuk Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada pekan lalu tidak memberikan panduan apapun tentang kapan suku bunga mungkin diturunkan.

Suku bunga yang lebih tinggi mengurangi daya tarik untuk memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil. Selain itu, pasar juga menunggu rilis data pengeluaran konsumsi pribadi Maret pada akhir pekan ini –yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed– untuk lebih memastikan arah kebijakan moneter.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Nilai Tukar Rupiah Diproyeksikan Rp14.900-Rp15.300 per Dolar AS
Next Post KB Bank Klaim Loan at Risk Alami Perbaikan Signifikan di Kuartal I/2024

Member Login

or