Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada perdagangan Jumat pagi atau di akhir pekan dibuka tertekan ketimbang penutupan perdagangan di hari sebelumnya di level Rp15.548 per US$. Para investor sebaiknya berhati-hati karena belum ada tanda-tanda mata uang Garuda terus menguat.
Mengutip Bloomberg, Jumat, 12 Januari 2024, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka melemah di Rp15.562 per US$. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp15.552 hingga Rp15.566 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp15.447 per US$.
|Baca: IHSG Pagi di Akhir Pekan Menghijau
Sementara itu, dolar AS melonjak terhadap euro dan mencapai level tertinggi dalam satu bulan terhadap yen pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat pagi WIB). Penguatan terjadi setelah data terbaru menunjukkan bahwa inflasi harga konsumen berada di atas ekspektasi para ekonom pada Desember.
Adapun rilis data inflasi itu meningkatkan keraguan bahwa Federal Reserve akan melakukan pemangkasan suku bunga secepat yang diharapkan pedagang. Adapun Indeks Harga Konsumen (CPI) utama naik 0,3 persen bulan lalu, dengan kenaikan tahunan sebesar 3,4 persen.
Indeks dolar naik
Indeks dolar yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang rivalnya, terakhir naik 0,08 persen hari ini di 102,42. Mata uang ini diperdagangkan di sekitar 102,20 sebelum data dirilis. Sedangkan euro merosot 0,06 persen hari ini menjadi US$1.096.
Greenback menguat 0,13 persen menjadi 145,97 yen, dengan sebelumnya mencapai 146,10 yen, tertinggi sejak 11 Desember. “Rincian laporan tersebut akan membuat para pejabat Fed bersikap dovish,” kata Kepala Analis Mata Uang ForexLive Adam Button, di Toronto.
|Baca: Ditopang Rilis Inflasi, Dolar AS Gilas Euro dan Yen
Para pedagang memperkirakan ekspektasi agresif terhadap penurunan suku bunga tahun ini, di mana The Fed diperkirakan mulai menurunkan suku bunga pada Maret. Namun, peluang penurunan suku bunga pada Maret turun menjadi 65 persen dari 67 persen pada Rabu waktu setempat, menurut FedWatch Tool dari CME Group.
Para pedagang memperkirakan bank sentral AS akan melonggarkan ketentuan moneter ketika perekonomian AS melemah dan inflasi kembali mendekati target tahunan The Fed sebesar dua persen. Namun data pada Kamis waktu setempat menunjukkan hal itu mungkin tidak terjadi secepat yang diperkirakan beberapa orang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News