Media Asuransi, JAKARTA – PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan laba bersih sebesar Rp33,84 triliun pada tahun buku 2023, naik 17 persen year on year (yoy) dari Rp28,94 triliun pada 2022. Pencapaian laba bersih tertinggi didukung oleh pemulihan ekonomi, dengan kinerja sangat baik dari hampir seluruh bisnis.
“Grup mencatatkan pencapaian kinerja tertinggi pada 2023, didukung oleh pemulihan penjualan sepeda motor dan pertumbuhan bisnis pembiayaan konsumen. Grup tetap menunjukkan resiliensi dengan diversifikasi portofolio bisnisnya,” kata Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro, dalam keterangan resmi, Rabu, 28 Februari 2024.
Menurutnya, pertumbuhan kinerja laba ASII tercatat didominasi lini bisnis infrastruktur dan logistik, jasa keuangan, dan otomotif. Pertumbuhan ini juga sejalan dengan pendapatan bersih perseroan yang tumbuh lima persen yoy menjadi Rp316,57 triliun.
|Baca juga: Penjualan Mobil Nasional Turun, Grup Astra Masih Kuasai Pasar
Lini bisnis infrastruktur dan logistik mencatatkan perolehan laba bersih paling tinggi, mencapai 85 persen yoy. Pencapaian ini utamanya didukung oleh kepemilikan saham di ruas tol Trans Jawa dan Lingkar Luar Jakarta, serta kinerja PT Serasi Autoraya, anak usaha Astra mencatatkan peningkatan laba 26 persen menjadi Rp213 miliar di akhir tahun 2023.
Di sisi lain, hasil pencapaian laba bersih jasa keuangan Group AASI meningkat 30 persen menjadi Rp7,9 triliun pada 2023 terutama disebabkan oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen.
Sementara perolehan laba bersih dari divisi bisnis otomotif group naik 18 persen menjadi Rp11,4 triliun yang mencerminkan peningkatan penjualan di bisnis sepeda motor dan komponen otomotif.
Direksi Astra juga akan mengusulkan pembagian dividen sebesar Rp421 per saham pada RUPST yang diadakan April mendatang. Dividen final yang akan diusulkan tersebut jika ditambah dengan dividen interim sebesar Rp98 per saham yang dibagikan Oktober lalu, akan menjadikan total dividen 2023 yang diusulkan mencapai Rp519 saham.
Namun, direksi mengakui adanya tantangan harga komoditas yang turun dan kondisi perekonomian melemah pada semester II/2023. “Jika kedua kondisi ini masih berlanjut, kami mengantisipasi terjadinya penurunan siklus pertumbuhan di tahun 2024. Namun, kami yakin grup berada pada posisi yang baik untuk mencapai pertumbuhan jangka panjang, melalui penguatan bisnis inti kami serta investasi baru yang mendukung prioritas strategis kami,” tegasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News