1
1

MAMI: Saat Ini adalah Kesempatan Bagus Bagi Investor yang Ingin Berinvestasi di Pasar Saham Indonesia

Senior Portfolio Manager Equity MAMI, Caroline Rusli. | Foto: doc

Media Asuransi, JAKARTA – Tahun 2023, dua setengah bulan lagi akan berakhir. Perekonomian dunia saat ini dihadapkan pada kenaikan harga minyak dunia dan masih bertahannya bank sentral AS dengan suku bunga yang relatif tinggi. Dalam kondisi seperti ini sebenarnya masih ada peluang bagus untuk meraup ‘cuan’ di pasar saham Indonesia.

Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Caroline Rusli, menilai bahwa kenaikan harga minyak dunia dan perbedaan perspektif antar pelaku pasar yang mengharapkan suku bunga segera turun dan The Fed yang memandang bahwa kebijakan suku bunga dapat tetap restriktif lebih lama ‘higher for longer’ menjadi penyebab dominan meningkatnya volatilitas di pasar global.

Kondisi ekonomi Amerika Serikat yang masih tergolong kuat memaksa The Fed untuk tidak buru-buru menurunkan suku bunga, seperti yang ditunjukkan oleh proyeksi suku bunga di akhir tahun 2024 yang meningkat menjadi 5,1 persen, dari sebelumnya 4,6 persen. Afirmasi ‘higher for longer’ juga terlihat dari perkiraan proyeksi data makroekonomi Amerika Serikat yang diterbitkan oleh The Fed di bulan September lebih baik dibandingkan ekspektasi sebelumnya.

|Baca juga: MAMI Menilai Indonesia Sebagai Pasar yang Atraktif Bagi Investor Saham

“Kondisi ini langsung menyebabkan lonjakan pada imbal hasil US Treasury dan ‘memaksa’ imbal hasil obligasi negara lain termasuk Indonesia naik. Sisi positif dari proyeksi ekonomi yang optimis tersebut adalah terbukanya peluang perlambatan tanpa memberikan tekanan berlebihan pada perekonomian,” kata Caroline dalam keterangan resmi, Kamis, 19 Oktober 2023.

Dia tambahkan, mengacu pada proyeksi makroekonomi yang dikeluarkan oleh The Fed di bulan September, terlihat bahwa penurunan suku bunga baru terjadi di tahun 2024, tidak dilakukan segera misalnya di tahun ini, seperti yang diharapkan oleh pasar. Kondisi ekonomi AS yang masih kuat membuat pembicaraan tentang pemangkasan suku bunga menjadi tertunda ke tahun depan.

Menurut Caroline, proyeksi siklus pelonggaran suku bunga dalam laporan makroekonomi The Fed yang diterbitkan September lalu menarik untuk dicermati. Karena suku bunga dalam tiga tahun mendatang diperkirakan hanya akan turun sebesar 270 bps dari 5,6 persen di 2023 menjadi 2,9 persen di 2026. “Jika hal ini terjadi, maka akan menjadi siklus pelonggaran suku bunga paling lambat yang pernah dijalankan oleh The Fed,” tuturnya.

Sementara itu data historis menunjukkan bahwa setelah kenaikan suku bunga yang agresif, The Fed cenderung melakukan penurunan yang lebih agresif dalam beberapa tahun mendatang. Misalnya terjadi pelonggaran sebesar 550 bps selama 2,5 tahun di 2000-2003 dan sebesar 675 bps selama 3 tahun di 1989-1992. Jika ternyata penurunan suku bunga bisa lebih besar dari perkiraan maka dapat menjadi katalis positif bagi pasar.

Sementara itu, Bank Indonesia menegaskan kembali prioritasnya untuk menjaga stabilitas rupiah lewat intervensi valuta asing dan menjaga imbal hasil obligasi agar menarik. Oleh karena itu diperkenalkan instrumen baru seperti Devisa Hasil Ekspor dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia untuk menarik aliran modal asing dan mengurangi kelebihan likuiditas di pasar keuangan domestik agar memperkuat stabilitas nilai tukar tanpa perlu menaikkan suku bunga.

|Baca juga: MAMI: Investasi di Reksa Dana Pendapatan Tetap Masih Menarik

“Ke depannya peluang pemangkasan suku bunga setelah puncak Fed Funds Rate tercapai akan bergantung pada pertumbuhan PDB Indonesia, prospek inflasi, dan kekuatan USD yang akan diperhitungkan dalam menilai kebijakan moneter,” kata Caroline.

Tahun 2023 tinggal tersisa 3 bulan. Menurut Senior Portfolio Manager Equity MAMI ini, sebetulnya saat ini adalah kesempatan yang baik bagi investor yang ingin berinvestasi di pasar saham Indonesia. Yakni memanfaatkan kondisi selagi The Fed belum mengubah arah kebijakan suku bunganya, karena pasar saham Indonesia menawarkan valuasi yang rendah dengan fundamental perekonomian domestik yang positif.

Dia tegaskan, perubahan sikap The Fed yang lebih akomodatif akan menjadi game changer bagi pasar, baik untuk kelas aset saham maupun obligasi. Jelang akhir tahun percepatan belanja pemerintah dan distribusi anggaran Pemilu menjadi katalis yang dapat mendorong pasar saham Indonesia menguat lebih lanjut.

Dalam kondisi seperti ini, menurutnya tetap ada factor risiko yang perlu dicermati. Implikasi dari pandangan ‘higher for longer’ yang berdampak pada meningkatnya imbal hasil US Treasury dan nilai tukar USD, memberi tantangan bagi kebijakan moneter dan berpengaruh pada imported inflation di kawasan negara berkembang, termasuk Indonesia. Di samping itu kenaikan harga minyak dapat menjadi faktor negatif bagi konsumsi karena mengurangi daya beli masyarakat.

Sementara itu, mengenai sektor apa yang dijagokan untuk memberikan alpha terhadap kinerja portofolio saat ini. Secara sektoral Caroline Rusli memiliki pandangan yang positif terhadap tiga sektor. Pertama, communication services.Sektor defensif yang diuntungkan dari situasi persaingan yang kondusif, ruang pertumbuhan top line yang stabil dan penerima manfaat dana kampanye lewat meningkatnya belanja masyarakat akan pulsa.

Kedua, financials. Pandangan yang lebih positif terutama pada perbankan besar yang tetap bisa mendapatkan funding dengan biaya bunga yang rendah sementara cost of credit terus membaik. Ketiga, green energy. Menangkap pertumbuhan struktural di bidang energi terbarukan. Transisi menuju era dekarbonisasi menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang digunakan dalam teknologi energi baru terbarukan.

 

Editor: S. Edi Santosa

Caption: Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Caroline Rusli.

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Laba Bersih BCA Rp36,4 Triliun per Kuartal III/2023
Next Post OJK Terbitkan Aturan tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang dan Sukuk Berlandaskan Keberlanjutan

Member Login

or