1
1

Manulife Aset Manajemen Indonesia: Fundamental Perekonomian Indonesia Masih Terjaga

Senior Portfolio Manager Equity MAMI  Samuel Kesuma. | Foto: MAMI

Media Asuransi, JAKARTA – PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), menyampaikan pandangannya atas kondisi terkini pasar finansial Indonesia. Di Asia, penguatan pasar saham Asia salah satunya terbantu oleh optimisme penurunan suku bunga The Fed pada akhir tahun ini. Komunikasi Fed Chairman terakhir mengindikasikan bahwa kemungkinan besar The Fed tidak akan menaikkan suku bunga, dan kebijakan berikut selanjutnya mengindikasikan adanya pemotongan suku bunga.

Dari Indonesia, langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga sebesar 6,25 persen di akhir April 2024, dipandang sebagai kebijakan antisipatif dalam menciptakan bantalan bagi Rupiah jika sentimen risk-off global terus berlanjut. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kenaikan suku bunga dapat membantu memperlambat depresiasi nilai tukar Rupiah.

Senior Portfolio Manager Equity MAMI, Samuel Kesuma, mengatakan bahwa pasar saham akan mendapatkan dampak positif dari meningkatnya fokus bank sentral dalam menjaga stabilitas rupiah. “Fokus kebijakan BI saat ini adalah menjaga stabilitas Rupiah, kami melihat BI akan tetap mempertahankan suku bunga tinggi hingga terdapat pemangkasan suku bunga The Fed. Penurunan suku bunga BI yang prematur, berpotensi menimbulkan risiko terhadap volatilitas rupiah,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu, 22 Mei 2024.

|Baca juga: Menkeu: Ekonomi Indonesia Tumbuh Kuat di Tengah Gejolak Pasar Keuangan!

Menurut Samuel, ke depan yang akan menjadi perhatian adalah hingga berapa lama kondisi suku bunga tinggi ini akan bertahan. Peluang The Fed dalam untuk menurunkan suku bunga tahun ini berarti membuka juga peluang BI untuk ikut menurunkan suku bunga yang dapat meminimalkan dampak dari kenaikan suku bunga yang telah terjadi.

Di tengah masih berlanjutnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan potensi tertundanya pemangkasan Fed Funds Rate yang berdampak negatif terhadap sentimen jangka pendek, fundamental Indonesia yang terjaga dapat mendukung selera investor untuk memilih Indonesia sebagai tujuan investasi.

Lebih lanjut, Samuel mengatakan bahwa fundamental perekonomian yang terjaga dan valuasi yang rendah membuka peluang bagi investor yang ingin berinvestasi dini memanfaatkan kondisi menjelang akhir siklus kenaikan suku bunga. “Arah kebijakan ekonomi pemerintahan baru serta pilihan kabinet yang kredibel juga dapat menjadi katalis positif ke depannya,” tuturnya.

Dia jelaskan, dampak dari suku bunga terhadap kondisi fundamental emiten, akan tergantung pada kondisi financing di masing-masing emiten, seperti tingkat utang, jenis utang (floating atau fixed) dan rencana belanja modal ke depan. Untuk peluang di pasar saham, manajer investasi dapat memanfaatkan peluang di sektor-sektor yang pendapatannya dalam mata uang dolar AS dan perusahaan dengan utang yang lebih terbatas.

Adapun untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), MAMI memproyeksikan bisa mencapai level 7.800 di akhir tahun.

Editor: S. Edi Santosa

 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tabungan Payroll Bank Muamalat Tumbuh 369%
Next Post Memperkuat Pialang (Re) Asuransi & Adjuster

Member Login

or