Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama mengungkapkan dari domestik, adanya rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengalami penurunan ke level 117,2 poin dan Penjualan Ritel melemah sebesar 4,9%.
Disisi lain, Dana moneter Internasional (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5% sebelumnya 5,2% pada 2023. Sedangkan sentimen Global, IMF juga memangkas pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,7% pada tahun 2023. IMF telah memberikan peringatan bahwa akan terjadi resesi di seluruh dunia pada tahun 2023.
|Baca juga: MARKET REVIEW: Surplus Neraca Dagang Dorong Penguatan IHSG
China kembali menerapkan lockdown di beberapa kota terbesar setelah adanya laporan infeksi baru. Dari komoditas, harga minyak mengalami penurunan dikarenakan kekhawatiran resesi global dan permintaan minyak yang lemah.
Untuk pasar obligasi saat ini, The Fed akan terus menaikkan suku bunganya. Pada risalah FOMC, The Fed sepakat untuk mendorong kebijakan moneter dan mempertahankan suku bunganya lebih tinggi untuk meredam inflasi yang jauh di atas target bank sentral. Tingkat inflasi melambat menjadi 8,2% pada September 2022. Namun perlambatan inflasi ini masih di atas perkiraan konsensus.
Oleh karena itu, The Fed mengambil sikap hawkish untuk terus menekan tingkat inflasi. Hal itu membuat yield obligasi AS meningkat ke level 3,99% pada akhir pekan. “Melihat situasi kondisi pasar saat ini, kami melihat kinerja reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap sedang dalam kondisi yang kurang baik dalam sepekan terakhir di tengah sentimen ekonomi dunia yang mengalami resesi pada tahun 2023,” katanya.
Infovesta menyarankan investor untuk tetap memperhatikan situasi pasar dalam berinvestasi sembari menunggu momentum yang tepat.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News