Media Asuransi, JAKARTA – Investor syariah sekaligus influencer Dian Widayanti membeberkan bagaimana cara calon investor dapat memilih saham investasi syariah dibandingkan dengan banyaknya saham konvensional yang beredar di pasar modal.
“Tadi sebenarnya mudahnya itu sudah ada beberapa indeks ya, misalnya, kayak tadi yang aku bilang JII top 30. Jakarta Islamic Index top 30 itu maksudnya adalah perusahaan-perusahaan yang masuk ke top 30 perusahaan berbasis syariah.” ujar Dian, akhir pekan lalu.
|Baca juga: Kredit Perbankan Melambat di Mei 2025, Bos BI Bilang Begini!
|Baca juga: Ekonomi Global Lesu, BI Siapkan Langkah Jaga Ketahanan Domestik
Dia menjelaskan saat ini sudah tersedia banyak indeks yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan. Salah satunya adalah Jakarta Islamic Index (JII). Selain itu, juga ada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan masih banyak indeks lainnya.
Lebih lanjut, Dian menyarankan agar calon investor menggunakan aplikasi sekuritas yang menyediakan opsi akun syariah. Dengan hal ini, calon investor tidak perlu repot memilah sendiri saham yang syariah atau tidak.
“Jadi itu sudah dibantu, makanya aku bilang dengan adanya aplikasi yang berbasis syariah itu sangat membantu karena kita tidak perlu screening lagi,” ucapnya.
Mengenai risiko investasi syariah, Dian mengingatkan, investasi saham baik syariah atau konvensional tetap memiliki risiko. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk mengenali profil risikonya sendiri
“Karena kalau saham itu pasti penuh risiko, makanya kita harus kenalin juga tipe risiko kita itu apa dan kita itu harus tahu kita itu tipe yang konservatifkah, agresifkah, atau moderatekah,“ imbuh Dian.
|Baca juga:BI Tegaskan Ketahanan Perbankan RI Tetap Tangguh, Ini Alasannya!
|Baca juga: Obligasi Rp110 Miliar Milik Sumber Global Energy (SGER) Jatuh Tempo 1 Bulan Lagi
Dian mengakui seorang investor yang konservatif, memilih saham dari perusahaan stabil dan berumur panjang dibandingkan dengan perusahaan yang pergerakannya sangat fluktuatif. Selain itu, ia menekankan pentingnya percaya kepada perusahaan tempat di mana calon investor berinvestasi.
“Karena in the end saham itu kan sebenarnya kita memiliki kepemilikan di perusahaan itu. Jadi kita harus percaya dulu dengan perusahaan yang kita investasikan gitu,” tutup Dian.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
DBS: Hong Kong Jadi Investor Asing Paling Strategis dan Konsisten untuk Indonesia
Selasa, 24 Juni 2025Graha Layar Prima (BLTZ) Raih Pinjaman Rp264 Miliar dari Bank KB Bukopin
Selasa, 24 Juni 2025
