1
1

Maybank Indonesia (BNII) Catatkan Pertumbuhan Laba hingga 265,1%

Suasana Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) tahun 2025 di Jakarta. | Foto: Maybank Indonesia

Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Maybank Indonesia Tbk. (BNII) hingga Maret 2025 mencatatkan laba operasional sebelum pencadangan (PPOP) menguat sebesar 19,4% menjadi Rp727 miliar.

Bank membukukan Laba Sebelum Pajak (PBT) sebesar Rp506 miliar, naik 290,9%. Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) meningkat sebesar 265,1% menjadi Rp376 miliar setelah pencadangan yang signifikan dibukukan pada triwulan pertama 2024.

Pencapaian Laba Sebelum Pajak (PBT) pada triwulan pertama 2025 tersebut ditopang oleh pendapatan bunga dari penempatan pada portofolio surat berharga, saldo rata-rata pembiayaan yang lebih baik, serta pendapatan fee-based yang meningkat pada periode tersebut. Selain itu, pencadangan (CKPN) juga menurun hingga 72,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya ketika Bank secara proaktif melakukan manajemen risiko kredit.

|Baca juga:Pacu Bisnis UKM, Maybank Indonesia (BNII) Genjot Customer Centricity dan Perluas Kemitraan

Presiden Direktur Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, mengatakan bahwa Maybank Indonesia telah memulai tahun 2025 dengan membukukan profitabilitas secara year-on-year yang solid didorong oleh pertumbuhan pembiayaan berkelanjutan pada segmen yang strategis. Selain itu, pencadangan pada triwulan I/2025 dibukukan lebih rendah dibandingkan dengan pencadangan yang dllakukan pada triwulan yang sama tahun lalu.

“Fokus berkelanjutan kami dalam memperkuat kapabilitas Bank telah menghasilkan pertumbuhan bisnis yang konsisten khususnya portofolio pembiayaan ritel, usaha kecil dan menengah, serta pembiayaan korporasi lokal berskala besar,” jelasnya dalam keterangan resmi dikutip, Jumat, 2 Mei 2025.

Dalam upaya untuk meningkatkan ketangguhan dan kemampuan perusahaan dalam menggapai peluang pertumbuhan lebih lanjut, jelasnya, secara proaktif perseroan akan terus meninjau, serta melakukan rebalancing terhadap portofolio pembiayaan agar selaras dengan strategi super growth yang telah ditetapkan dan terus menjaga kualitas aset pada yang sehat.

|Baca juga:Bagikan Dividen Rp249,31 Miliar, Bank DKI Siap Bertransformasi Melalui IPO

Steffano menegaskan bahwa Maybank Indonesia akan terus mengedepankan pendekatan consumer centric berfokus pada nasabah dalam setiap penyelenggaraan solusi dan layanan Bank sejalan dengan strategi M25+ Maybank Group. Langkah ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya nilai tambah dalam jangka panjang bagi para pemangku kepentingan Bank.

Pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) naik 1,4% di tengah meningkatnya biaya bunga. Margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) terkoreksi secara YoY sebesar 20 basis poin menjadi sebesar 4,3%. Namun demikian, NIM pada Maret 2025 relatif stabil dibandingkan NIM pada Desember 2024 yang turun tipis sebesar 4 bps.

Pendapatan non-bunga (fee-based income) meningkat sebesar 54,3% menjadi Rp571 miliar, ditopang oleh pendapatan biaya (fee) dari Global Market (GM) yang naik 309,5% menjadi Rp107 miliar. Pendapatan biaya (fee) dari layanan selain GM juga naik 10,2% menjadi Rp464 miliar, utamanya dari solusi wealth management dan asset recovery.

|Baca juga:Laba Bersih Hana Bank Tumbuh 14,61%

Bank terus memperkuat fundamentalnya dengan fokus pada segmen utama untuk mendorong pertumbuhan. Hal ini meliputi, pembiayaan untuk segmen non-ritel usaha kecil dan menengah, segmen korporasi dalam negeri berskala besar, serta pembiayaan ritel otomotif. Dengan fokus pada segmen tersebut telah mendorong pertumbuhan Maybank Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Pembiayaan ritel dan non-ritel Community Financial Services (CFS) tumbuh 10,4% menjadi Rp83,78 triliun. Kredit CFS non-ritel naik 16,7% menjadi Rp37,24 triliun didukung pertumbuhan pembiayaan pada segmen komersial (Business Banking) sebesar 25,4%, dan segmen usaha kecil dan menengah (Small Medium Enterprise/SME+), serta segmen Retail SME (RSME) yang masing-masing tumbuh 14,2% dan 10,5%.

Sementara, pembiayaan CFS ritel mencatat pertumbuhan di seluruh segmen ritel sebesar 5,9% menjadi Rp46,54 triliun. Pembiayaan otomotif Anak Perusahaan meningkat 6,1% di tengah pasar otomotif yang melambat, sedangkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit ritel konsumer (kartu kredit dan KTA) masing-masing tumbuh 5,2% dan 7,9%.

Sejalan dengan strategi pertumbuhan yang diterapkan Bank, pembiayaan Global Banking untuk segmen Large Local Corporates (LLC) terus mencatat pertumbuhan yang solid sebesar 31,4%. Pembiayaan Global Banking mencatat penurunan sebesar 17,2% seiring dengan dilakukannya portfolio rebalancing.

Total kredit yang disalurkan mencapai Rp122 triliun, relatif sama dibandingkan pada Maret 2024. Total aset Bank meningkat 6,8% menjadi Rp189,81 triliun.

Dana pihak ketiga (DPK) mengalami penurunan sebesar 4,9% menjadi Rp111,50 triliun sehubungan dengan pengelolaan biaya dana yang ditempuh Bank. Giro tumbuh 6,3%, sedangkan Tabungan turun 5,2%. Meski demikian, CASA tercatat naik 1,6%. Rasio CASA juga meningkat menjadi 53,0% pada Maret 2025 dari 49,7% pada Maret 2024.

 

Platform Digital

Platform perbankan digital untuk nasabah ritel (M2U) mencatat peningkatan transaksi sebesar 27,7% mencapai 7,2 juta transaksi, sementara platform untuk nasabah korporasi (M2E) juga mengalami kenaikan transaksi sebesar 21,3% mencapai 1,3 juta transaksi.

Bank terus berinvestasi dalam meningkatkan kapabilitas teknologi informasi serta merealisasikan inisiatif strategis yang selaras dengan strategi Maybank Group M25+. Selain itu, Bank juga terus memperkuat kapabilitas SDM-nya sehingga biaya overhead meningkat sebesar 7,1%.

|Baca juga:Maybank Indonesia Luncurkan SBN Pasar Sekunder melalui M2U ID App

Rasio BOPO (Beban Operasional Pendapatan Operasional) sebesar 87,5% pada Maret 2025 dibandingkan 107,5% pada Maret 2024 dan Cost to income ratio/CIR sebesar 69,8% pada Maret 2025 dibandingkan 72,2% pada Maret 2024.

Rasio Non-performing loans/NPL membaik dari 2,7% (gross) dan 1,7% (net) pada Maret 2024 menjadi 2,4% (gross) dan 1,5% (net) pada Maret 2025. Saldo NPL menurun sebesar 12,6% dan rasio Loan at Risk/LAR (Bank saja) berada pada level 8,2% per Maret 2025 dari 8,3% pada Maret 2024.

Rasio Loan to Deposit/LDR (Bank saja) tercatat sebesar 92,0%, sedangkan Liquidity Coverage Ratio/LCR (Bank saja) berada di tingkat yang sehat sebesar 168,1%, jauh di atas ketentuan regulator sebesar 100%. Net Stable Funding Ratio/NSFR (Bank saja) tercatat sebesar 106,7%.

Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tetap kuat di level 25,7%, dan CET1 di 24,5%.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Fitch Afirmasi Peringkat PELNI AAA dengan Outlook Stabil
Next Post Sektor Manufaktur Indonesia Terkontraksi di Bawah 50,0 pada April 2025

Member Login

or