Media Asuransi, JAKARTA – Kinerja IHSG pada penutupan perdagangan 28 April 2022 lalu mencatatkan return positif 0,05% dalam pekan terakhir. Namun, sebenarnya IHSG sepanjang tahun 2022 sudah mencatatkan return positif 9,84% di level 7.228,91.
Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama menjelaskan bahwa hal ini didorong oleh membaiknya pemulihan ekonomi Indonesia dan masih derasnya capital inflow yang terjadi di pasar saham.
“Meski pola bullish sedang terjadi di pasar saham, kami melihat kebijakan The Fed menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin akan turut berdampak negatif terhadap pergerakan pasar saham setelah libur Lebaran 2022.”
Selain itu, posisi pasar yang sudah mencapai zona tertinggi ditambah dengan masih belum meredanya konflik Rusia-Ukraina serta ekspektasi lonjakan inflasi setelah Lebaran dapat mendorong aksi profit taking oleh investor pada pembukaan pertama perdagangan pasar saham.
|Baca juga: REVIEW SEPEKAN: Jelang Libur Lebaran, IHSG Perkasa di Level 7.228
Meskipun begitu, IHSG diperkirakan hanya mengalami pelemahan sesaat karena masih didorong tren positif kenaikan harga komoditas dan membaiknya fundamental ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, investor sebaiknya mencermati pergerakan pasar dengan melakukan penjualan beberapa saham yang sudah menghasilkan return yang positif dan disarankan untuk terus memantau perkembangan isu dan sentiment yang berlanjut di pasar.
Pada saat bersamaan, pasar obligasi justru diprediksi akan mengalami tekanan akibat dari kebijakan yang ditempuh the Fed dalam menaikkan suku bunga acuan demi menetralisir kondisi inflasi AS. Selain itu, faktor tekanan pasar obligasi lainnya adalah adanya prediksi tekanan inflasi yang tinggi diatas 3% akibat Lebaran menjadi salah satu dorongan bagi BI untuk menaikkan suku bunga selain arah kebijakan the Fed.
Faktor kondisi geopolitik Rusia-Ukraina yang belum mereda dan US yield treasury yang menarik juga menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya para pelaku pasar untuk sementara menghindari investasi pada instrumen ini sampai yield naik di level yang cukup menarik untuk masuk kembali.
Lalu bagaimana dengan pasar Reksa Dana? Saat ini pasar reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham masih menunjukkan kecenderungan negatif sejalan dengan kebijakan kenaikan suku bunga the Fed. Tekanan ini diprediksi akan terus berlanjut hingga kuartal II/2022. Sebagai alternatif berinvestasi, sebaiknya para pelaku pasar dapat mempertimbangkan reksa dana pasar uang karena adanya sentimen kenaikan suku bunga.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News