1
1

Menakar Ruang Pertumbuhan bagi Emiten Berbasis Nikel

Proses pengolahan biji nikel. | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi overweight untuk sektor pertambangan logam seiring dengan prospek yang bagus di masa depan.

Melalui riset bertajuk Metal Mining (overweight/maintain) – Ample room to grow, analis Mirae Sekuritas, Juan Harahap, memperkirakan produksi baja nirkarat akan meningkat baik di China maupun global seiring dengan pulihnya aktivitas industri, karena pembatasan sosial dilonggarkan pada 2022F.

Namun, dia memperkirakan kenaikan datar dari nikel pig iron China, karena dia memperkirakan persediaan bijih nikel yang rendah tetap ada di 2022F. Selain itu, dia memperkirakan peningkatan lebih lanjut dalam kegiatan impor nikel sejalan dengan potensi peningkatan kegiatan industri dan juga rendahnya persediaan bijih nikel China.

Patut dicatat bahwa China merupakan pengimpor nikel terbesar di dunia, dengan volume mencapai 214.000 ton, atau setara dengan 31% dari total impor pada tahun 2020. Secara keseluruhan, kami memperkirakan produksi baja nirkarat global akan tumbuh sebesar 5% yoy menjadi 56 juta ton pada 2022F.

Menurut Bloomberg, sambungnya, produksi nikel global merosot menjadi 1,3 juta ton di 1H21 (-1,1% yoy), sementara permintaan nikel global melonjak 7,9% yoy menjadi 1,2 juta ton. Hal ini disebabkan hilangnya produksi dari pembatasan sosial dan permintaan yang lebih tinggi pasca Covid-19, karena kegiatan ekonomi secara bertahap pulih.

|Baca juga: Mendag: di Tengah Sengketa Nikel, Indonesia Bisa Bertanding Juga Bersanding

Dia memperkirakan defisit sementara sebesar 47.000 ton pada 2021F sebesar 47.000 ton. Pada tahun 2022, dia memperkirakan produksi nikel rafinasi global akan meningkat sebesar 12,4% yoy didukung oleh produksi NPI yang lebih tinggi dari Indonesia yang akan melampaui pertumbuhan permintaan nikel rafinasi global sebesar 9,6% Yyoy. Oleh karena itu, dia berharap keseimbangan pasar nikel menjadi surplus pada 2022F sebesar 25.000 ton.

Menurutnya, industri nikel Indonesia berkembang pesat setelah pemerintah menerapkan larangan ekspor bijih nikel pertama pada tahun 2014. Larangan itu dimaksudkan untuk memaksa penambang nikel untuk berinvestasi dalam pemrosesan nilai tambah. Gelombang investasi pertama datang saat operator NPI China datang ke Indonesia.

Kemudian Tshinghan China memimpin gelombang kedua, membangun kapasitas baja tahan karat baru yang dipasok oleh tungku NPI baru. Gelombang ketiga dan saat ini didorong oleh permintaan nikel yang tumbuh cepat untuk memberi makan kendaraan listrik.

Kami yakin industri akan terus tumbuh di masa depan mengingat pemerintah menargetkan 30 smelter nikel beroperasi pada 2024 (2020: 19 smelter). Sejalan dengan pengembangan smelter NPI, kami berharap dapat melihat pertumbuhan yang kuat pada proyek-proyek HPAL di Indonesia. Hal ini sejalan dengan perkembangan Indonesia menuju rantai pasok baterai.

Juan mempertahankan panggilan overweight di sektor pertambangan logam Indonesia. Dia percaya permintaan nikel masih menjanjikan di masa depan mengingat: 1) permintaan yang kuat di sektor baja nirkarat mentah; 2) lambatnya pemulihan produksi nikel pada tahun 2021; dan 3) potensi permintaan yang besar dari sektor EV.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Berpotensi Menguat, Strong Buy ISAT, SAMF, TLKM, TBIG
Next Post Kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Masih Oke Sepanjang 2021

Member Login

or