Melalui Daily Write Up bertajuk Indocement Tunggal Prakarsa (INTP IJ) – Get a firm foothold in the biggest market with clean balance sheet, analis Mirae Sekuritas , Emma A Fauni, menjelaskan bahwa INTP, mantan anak perusahaan dari salah satu konglomerat terkemuka di Indonesia, Salim Group, diakuisisi pada tahun 2001 oleh Heidelberg Cement Group sebagai salah satu produsen semen terbesar di dunia. INTP memulai pabrik pertamanya pada tahun 1975 di Citeureup, Bogor, Jawa Barat, dengan kapasitas terpasang 500.000 ton/tahun.
|Baca juga: Laba Kuartal I/2021 Indocement (INTP) Turun 12,26 persen Menjadi Rp351,1 M
Emma menjelaskan INTP memiliki pangsa kapasitas produksi terbesar di Jawa Barat, yang terletak di Bogor dan Cirebon. Dengan pembagian kapasitas yang terpusat, INTP memiliki skala ekonomi yang lebih baik dan memiliki kedekatan terbaik dengan pasar, sehingga memberikan efisiensi yang lebih baik dan marjin profitabilitas yang unggul dibandingkan dengan rekan-rekannya.
Secara historis, jelas Emma, INTP telah lama sangat prudent dengan struktur permodalannya. Perusahaan mempertahankan neraca yang bersih karena memiliki arus kas yang cukup untuk mempertahankan operasinya. Akibatnya, neraca yang sehat telah membantu INTP untuk secara relatif lebih baik dalam menghadapi persaingan ketat.
“Kami memperkirakan INTP akan memperoleh laba bersih yang lebih rendah di 22F karena biaya energi yang lebih tinggi seiring dengan kenaikan biaya logistik. Kami berharap INTP memiliki pertumbuhan laba bersih yang lebih baik di 23F jika harga energi yang tinggi tersebut ternormalisasi,” jelasnya.
Emma menerangkan INTP saat ini diperdagangkan pada FY22F P/E, EV/EBITDA, dan EV/ton masing-masing sebesar 34,6x, 13,9x, dan USD108. Menggunakan target EV/EBITDA 9.5x, TP saham INTP berada di Rp11.500/saham. “Kami meningkatkan rating kami menjadi Buy dengan potensi kenaikan yang cukup besar setelah penurunan harga saham baru-baru ini,” tuturnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News