Dalam rights issue dengan penerbitan 20,4% saham tersebut, EXCL akan menggunakan dana yang diperoleh untuk melunasi utang perusahaan dan juga fasilitas keuangan lainnya.
Melalui Daily Write Up bertajuk XL Axiata (EXCL IJ/Not rated) – Healthier balance sheet to follow the rights issue, analis Mirae Sekuritas, Jennifer A Harjono, menjelaskan bahwa EXCL telah menyelesaikan akuisisi saham LinkNet, sejalan dengan target peningkatan penetrasi konvergensinya. Perusahaan juga mencatat jumlah pelanggan terbanyak sepanjang 1Q22 dan 2Q22 dibandingkan rekam jejak selama 5 tahun. EXCL juga melakukan penutupan BTS 3G yang signifikan sepanjang tahun.
|Baca juga: Akan Terbitkan Obligasi Berkelanjutan, Fitch Ganjar Peringkat XL Axiata AAA Stabil
EXCL akan memulai rights issue hingga 2,75 miliar saham atau 20,4% dari modal sahamnya untuk menurunkan struktur permodalannya, yang diperkirakan akan mencapai 2.6-2.7x gross debt terhadap EBITDA, menurut perusahaan.
Saat ini, jelas Jennifer, EXCL mengusahakan sinergi dengan LinkNet mengingat jaringan yang saling melengkapi, seperti meluncurkan layanan konvergensi baru. Spectrum refarming dari 3G ke 4G mendorong pertumbuhan pendapatan data yang lebih kuat menjadi Rp7,2 triliun di 2Q22 (+26.1% qoq, +8.9% yoy). Selama 2Q22, EXCL juga menaikkan ARPU menjadi Rp39.000. “Kami berharap ARPU akan terus meningkat pada level yang lebih rendah,” katanya.
Secara umum, EXCL membukukan hasil 2Q22 yang memuaskan. Pendapatan tumbuh menjadi Rp7,3 triliun pada 2Q22 (+8,8% qoq, +9,0% yoy) didukung oleh lonjakan ARPU yang signifikan. Secara triwulanan, EBITDA tumbuh menjadi Rp3,6 triliun (+12,2% qoq, +5,7% yoy), sementara laba bersih meningkat menjadi Rp475,8 miliar (+242,1% qoq, +20,3% yoy). Margin menunjukkan pemulihan selama 2Q22.
“Saat ini kami tidak memiliki coverage di EXCL, yang diperdagangkan pada forward EV/EBITDA 4,0x (-0,7 SD forward EV/EBITDA 5 tahun) dan 19,8x forward P/E (-0,5 SD forward P/E 5 tahun).”
Secara umum, Jennifer memiliki pandangan positif terhadap EXCL. Katalis jangka pendek: 1) sinergi dengan LinkNet; dan 2) rasionalisasi ARPU. Risiko utama: 1) volatilitas harga karena rights issue; dan 2) tekanan inflasi yang berpotensi menghambat rasionalisasi ARPU.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News