1
1

Mendag: Masyarakat Perlu Paham Perdagangan Aset Kripto

Perdagangan kripto. } Foto: Freepick

Media Asuransi, JAKARTA – Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Kementerian Perdagangan  bersinergi dengan Asosiasi Pedagangan Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) menggelar program ‘Bulan  Literasi  Aset  Kripto’  yang dibuka  pada  Kamis, 2 Februari  di  Jakarta.

Program ‘Bulan Literasi Aset Kripto’ dapat meningkatkan literasi perdagangan aset kripto dengan memberikan pemahaman yang benar dan tepat di tengah masyarakat sehingga pelaksanaan perdagangan pasar fisik aset kripto sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

“Berinvestasi dalam aset kripto mengandung risiko yang cukup tinggi. Sesuai sifatnya, nilai aset kripto sangat volatile, bisa saja mengalami  peningkatan maupun penurunan nilai yang sangat drastis dalam kurun  waktu  yang pendek. Untuk  itu, diperlukan pemahaman yang baik bagi masyarakat termasuk manfaat, potensi, dan  risiko  dari  perdagangan  aset  kripto,” jelas Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan.

|Baca juga: Tingkatkan Pengawasan Aset Kripto, Bappebti Gandeng Aspakrindo

Mendag mengungkapkan, pasar aset kripto di  Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan data Bappebti,  pada akhir 2021 tercatat  jumlah pelanggan  atau pengguna aset  kripto sebanyak 11,2 juta orang. Angka ini meningkat 48,7 persen dibandingkan di akhir November 2022 yang tercatat sebanyak 16,55 juta orang.

Jumlah ini didominasi kaum milenial berusia antara 18—30 tahun.  Berdasar data dari Coinfolk, terdapat  enam  provinsi  dengan  minat  kripto  tertinggi  di  Indonesia yaitu,  Bali,  DKI  Jakarta,  Banten,  Yogyakarta,  Kepulauan  Riau,  dan  Jawa  Barat. “Kondisi ini semua menunjukkan  bahwa  potensi  pasar  aset  kripto  di  Indonesia  masih  sangat  besar  dan  bukan  tidak mungkin Indonesia dapat menjadi salah satu pemimpin pasar aset kripto di dunia,” jelas Zulkifli Hasan.

Sementara  itu, perdagangan  pasar  fisik  aset  kripto  di  Indonesia  pada  2022  mencatat  nilai  transaksi yang  sebesar  Rp296,66  triliun. Nilai  ini  turun  dibandingkan  tahun  2021  yang  sebesar  Rp859,4  triliun. Sedangkan pada 2020, nilai transaksinya sebesar Rp64,9 triliun.

“Meskipun pada 2022, nilai transaksi aset kripto mengalami penurunan pasar yang mengalami tren saham  melemah  (bearish), tapi di sisi lain semakin banyaknya perusahaan seperti Meta, Google, dan Twitter   yang mulai mengintegrasikan teknologi blockchain dalam kegiatan usahanya. Hal ini membuktikan bahwa bursa aset kripto akan berkembang pesat pada tahun ini,” ujar Mendag.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Belum Ada Katalis Positif, Sektor Poultry Dipertahankan Netral
Next Post Conduit Re Kutip Kenaikan Harga Hingga 39%

Member Login

or