Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan investor pada sepekan ini dapat memilih saham sektor perbankan dan sektor konsumer yang tergolong undervalued dan mempunyai fundamental yang solid, seiring masih berlangsungnya musim kampanye pilpres.
Sementara itu pada obligasi, investor dapat melanjutkan menggunakan strategi barbel dan dapat kembali mengoleksi seri-seri yang juga undervalued.
Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update yang dikutip, Selasa, 9 Januari 2024, Tim Riset Infovesta Utama menjelaskan dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bullish sebesar +1,07% ke level 7.350,62. Posisi asing mencatatkan net buy sebanyak Rp2,87 triliun. Sedangkan pada saham, net buy asing terbesar yakni BBCA (Rp435,5 miliar), BMRI (Rp350,7 miliar), dan BBRI (Rp331,2 miliar).
|Baca juga: Masuk Masa Kampanye, Investor Bisa Pilih Saham Perbankan dan Konsumer
Sentimen dari domestik yakni rilis data S&P Global PMI Manufaktur Indonesia meningkat menjadi 52,2 poin (prev: 51,7 poin). Laju level ekspansi yang meningkat disebabkan oleh terdorongnya aktivitas industri, dan permintaan dari luar negeri yang meningkat. Dari sisi biaya industri masih cukup terjaga. Industri manufaktur kedepan diproyeksi tetap di level ekspansi.
“Optimisme pelaku usaha manufaktur yang meningkat dipicu oleh penjualan yang terus berkembang terutama dari tingkat consumer spending masyarakat sepanjang musim pemilu serta peningkatan pesanan baru dari luar negeri.”
Sentimen dari global, rilis data industri PMI China kompak meningkat. PMI Manufaktur meningkat ke level 50,8 poin (prev: 50,7 poin), PMI Servis meningkat ke level 52,9 poin (prev: 51,5 poin), dan PMI Komposit meningkat ke level 52,6 poin (prev: 51,6 poin). Peningkatan level ekspansi didorong oleh pesanan baru dan biaya produksi industri masih cukup terjaga. Melihat tingkat manufaktur menunjukan level optimisnya, hal ini dapat menjadi cerminan terhadap pemulihan ekonomi China.
Dari AS, rilis data S&P Global PMI Manufaktur turun ke level 47,9 poin vs 49,4 poin pada bulan sebelumnya. Penurunan laju manufaktur AS direspons positif oleh pelaku pasar sebagai “bad news is a good news”. Sedangkan pada pasar obligasi, Infovesta Govt. Bond Index tertekan sebesar -0,18% ke level 10.120,08. Kurs Rupiah terhadap US Dolar terdepresiasi sebesar 0,51% ke Rp15.518.
Sentimen dari domestik rilis data inflasi tahun penuh 2023 turun (Act: 2,61%; Prev: 2,86%). Namun pasar obligasi lebih digerakkan oleh negatifnya sentimen dari AS yakni data ketenagakerjaan AS yang condong masih kuat. Rilis data klaim tunjangan pengangguran turun 18.000 menjadi 202.000 pada pekan terakhir tahun 2023. Serta ketidakpastian pasar terhadap besaran penurunan suku bunga FFR dan kapan langkah the Fed mulai melakukan cut rate.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News