Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan berpotensi menguat karena sentimen positif pasar terhadap aset berisiko.
Pengamat pasar keuangan dan komoditas, Ariston Tjendra, menjelaskan hari ini, nilai tukar rupiah bisa menguat terhadap dolar AS karena sentimen positif pasar terhadap aset berisiko pagi ini.
Dia menjelaskan indeks saham Asia terlihat bergerak positif pagi ini mengikuti pergerakan positif indeks saham Eropa dan AS di akhir pekan kemarin. Pasar mungkin melihat bahwa kebijakan bank sentral dunia untuk menaikan suku bunga acuan mungkin bisa mengendalikan inflasi dengan penurunan harga-harga komoditi belakangan ini. “Jadi kekhawatiran pasar terhadap inflasi mereda,” katanya kepada Media Asuransi, Senin, 27 Juni 2022.
|Baca juga: Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah
Tapi di sisi lain, jelasnya, sikap The Fed yang masih akan menaikkan suku bunga acuannya masih bisa memicu penguatan dolar AS kembali terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah. Mendekati akhir Juli, The Fed diperkirakan akan kembali menaikan suku bunga acuan sebesar 75 bp menjadi 2,25-2,50%. The Fed diperkirakan akan menaikan suku bunga hingga 3%, hingga akhir tahun. Bank Sentral AS berkomitmen untuk menurunkan angka inflasi AS dengan kebijakan pengetatan moneter yang agresif.
Dari dalam negeri, sambung Ariston, tekanan inflasi yang mulai merangkak naik mungkin bisa menjadi penekan rupiah. Inflasi bisa melambatkan pertumbuhan ekonomi. “Potensi penguatan rupiah ke arah Rp14.800, sementara potensi resisten di kisaran Rp14.860.”
Sementara itu, pada perdagangan akhir pekan lalu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot ditransaksikan melemah 0,05% ke level Rp14.847 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah 0,07% ke level Rp14.846 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News