Analis Sinarmas Future, Ariston Tjendra, mengatakan bahwa rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS pagi ini karena ekspektasi terhadap kebijakan The Fed dan optimisme pasar terhadap perekonomian.
“FedWatch Tool dari CME menunjukkan ekspektasi yang tinggi di pasar bahwa The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps pada rapat moneter mendatang, dari sebelumnya ekspektasi 50 bp. Ekspektasi kebijakan pengetatan yang lebih kendur ini mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah,” jelasnya kepada Media Asuransi, Rabu, 25 Januari 2023.
|Baca juga: Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah
Selain itu, jelas dia, kemarin data survei aktivitas manufaktur di bulan Januari di kawasan Eropa menunjukkan penurunan tapi tidak sedalam ekspektasi pasar. Sementara survei aktivitas sektor jasa masih menunjukkan pertumbuhan.
Ariston memaparkan perekonomian China yang kembali menggeliat juga memicu optimisme ekonomi global akan bergerak positif. Dari dalam negeri, dihentikannya PPKM juga memberikan optimisme perekonomian dalam negeri akan tumbuh seperti yang diharapkan. Optimisme ini memicu pasar masuk kembali ke aset-aset berisiko.
“Potensi penguatan rupiah ke arah Rp14.800 per dolar AS dengan resisten di kisaran Rp14.900 per dolar AS,” pungkas Ariston.
Sementara itu pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditransaksikan menguat 1,24% ke level Rp14.887 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan menguat 1,26% ke level Rp14.930 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
1 
1 
