Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar Rupiah kembali tertekan sampai ke kisaran Rp16.000 per Dolar AS. Bagaimana potensi ke depannya?
Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Samuel Kesuma, mengatakan bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi akhir-akhir ini lebih disebabkan faktor global. “Dan salah satu fokus Bank Indonesia (BI) saat ini juga pun sudah sesuai, yaitu upaya stabilitas nilai tukar. Inilah yang membuat BI masih mempertahankan suku bunga acuan belum berubah,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Rabu, 24 April 2024.
Menurut Samuel, BI terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga nilai tukar lewat intervensi di pasar mata uang, dan pembelian SBN di pasar sekunder yang juga diharapkan bisa menopang pasar obligasi. “Jika volatilitas nilai tukar yang terjadi saat ini memang terbukti hanya lonjakan temporer, proyeksi kami untuk nilai tukar rupiah di akhir tahun nanti adalah kisaran Rp14.900-Rp15.300 per dolar AS,” tuturnya.
|Baca juga: IHSG dan Rupiah Kompak Dapat Rapor Hijau di Perdagangan Sore
Dia jelaskan, tensi geopolitik Timur Tengah tiba-tiba meningkat di awal bulan April ini yang dipantik oleh saling serang antara Israel dan Iran, melemahkan sentimen terhadap aset berisiko dan meningkatkan minat terhadap aset safe haven seperti emas dan mata uang dolar AS.
Diakuinya, ketidakpastian pasar akibat tensi geopolitik yang tiba-tiba meningkat masih mungkin terjadi. Di lain pihak, negara-negara sekutu dari kedua negara yang bertikai terlihat berupaya untuk meredam terjadinya eskalasi lebih lanjut, karena pada akhirnya tensi geopolitik yang berkepanjangan akan merugikan sentimen dan meningkatkan risiko makroekonomi global keseluruhan.
Gabungan berbagai faktor seperti masih kuatnya data ekonomi AS, komentar pejabat The Fed, serta meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah membuat pelaku pasar mengubah besaran dan frekuensi pemangkasan FFR tahun ini. “Estimasi pemangkasan pertama di akhir kuartal kedua berubah ke kuartal tiga, dan proyeksi tiga kali pemangkasan saat ini sudah mulai berubah menjadi dua kali saja,” jelas Samuel.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News