Analis PT Sinarmas Future, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa dolar AS terlihat melemah terhadap nilai tukar lainnya sejak akhir pekan lalu. Pasar melihat ada harapan bahwa The Fed akan mulai memperlambat laju kenaikan suku bunga acuannya sehingga pelaku pasar mulai mengantisipasi hal tersebut dengan masuk ke aset berisiko dan mendorong pelemahan dolar AS. “Rupiah pun ikut menguat dengan sentimen ini,” katanya kepada Media Asuransi, Rabu, 9 November 2022.
|Baca juga: Rupiah Berpotensi Tertekan Sentimen Data Tenaga Kerja AS
Di sisi lain, terangnya, kalau melihat pergerakan rupiah, pergerakan rupiah masih di dekat level Rp15.700. Penguatan rupiah tidak besar. “Ini mengindikasikan tekanan terhadap rupiah masih tinggi. Rupiah masih berpeluang melemah,” jelasnya.
Menurut dia, pelaku pasar masih mencermati data-data ekonomi AS ke depan untuk memproyeksikan kebijakan moneter The Fed seperti data inflasi, data tenaga kerja, dan lain-lain. Dengan masih tingginya inflasi AS yang jadi pertimbangan utama the Fed dalam mengambil kebijakan, terang Ariston, pasar masih mewaspadai kebijakan suku bunga tinggi AS.
“Potensi penguatan rupiah ke arah Rp15.650 per dolar AS, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp15.720 per dolar AS,” pungkasnya.
Sementara itu, pergerakan nilai tukar rupiah pada perdagangan kemarin di pasar spot ditransaksikan menguat 0,06% ke level Rp15.697 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah 0,05% ke level Rp15.684 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News