1
1

Awali Pekan, Kurs Rupiah Pagi Menguat ke Rp15.806/US$

Ilustrasi.| Foto: Doc

Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada perdagangan Senin pagi di awal pekan dibuka menguat ketimbang penutupan perdagangan di akhir pekan sebelumnya di posisi Rp15.825 per US$. Diharapkan sejumlah katalis positif bisa terus berdatangan guna memperkuat posisi mata uang Garuda pada hari ini.

Mengutip Bloomberg, Senin, 29 Januari 2024, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka menguat ke posisi Rp15.806 per US$ dengan year to date return 2,72 persen. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp15.804 hingga Rp15.817 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di level Rp15,736 per US$.

Sementara itu, dolar AS melemah pada akhir perdagangan Jumat lalu waktu setempat (Sabtu WIB). Pelemahan terjadi setelah data menunjukkan inflasi sedikit meningkat pada Desember tetapi trennya lebih rendah yang seharusnya menjaga Federal Reserve tetap pada jalurnya memangkas suku bunga pada pertengahan tahun.

|Baca: Saham EBT Semakin Dicari, PGEO Resmi Tembus Indeks LQ45

Volume memudar pada sore hari menjelang akhir pekan waktu setempat dan ketika investor bersiap untuk serangkaian data ekonomi penting AS. Data itu seperti data non-farm payrolls untuk Januari dan peristiwa penting yang dipimpin oleh pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).

Pada minggu lalu, greenback berada di jalur untuk membukukan kenaikan selama empat minggu berturut-turut. Indeks dolar terakhir turun 0,1 persen menjadi 103,41.

Data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) meningkat 0,2 persen bulan lalu setelah penurunan 0,1 persen yang tidak direvisi pada November. Dalam 12 bulan hingga Desember, indeks harga PCE meningkat 2,6 persen, menyamai kenaikan yang belum direvisi pada November. Angka-angka tersebut sesuai dengan ekspektasi konsensus.

Inflasi tahunan

Inflasi tahunan berada di bawah tiga persen selama tiga bulan berturut-turut. The Fed melacak ukuran harga PCE untuk target inflasi dua persen. “Kami melihat data menunjukkan saat ini pasar tidak perlu khawatir terhadap kenaikan inflasi dalam kapasitas yang signifikan dan segera,” kata Kepala Investasi Thornburg Investment Management Jeff Klingelhofer.

“Hal ini tidak memerlukan pengetatan lebih lanjut karena apa yang telah diakui dan terus ditekankan oleh The Fed bahwa ketika inflasi turun dan suku bunga kebijakan mereka tidak bergerak, maka pengetatan kebijakan moneter justru meningkat,” tambahnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Saham EBT Semakin Dicari, PGEO Resmi Tembus Indeks LQ45
Next Post 7 Perusahaan Asuransi Masuk Pengawasan Khusus OJK, Legislator: Peringatan Awal kepada Industri!

Member Login

or