1
1

Dolar AS Labil, Euro Dekati Level Terendah

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Dolar AS kesulitan menentukan arah pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB). Sedangkan euro tetap mendekati posisi terendah baru-baru ini di tengah kekhawatiran bahwa pemerintahan baru di Prancis dapat melemahkan disiplin fiskal, sehingga meningkatkan premi risiko utang di kawasan euro.

Mengutip The Business Times, Kamis, 20 Juni 2024, sterling menguat setelah data menunjukkan inflasi jasa Inggris lebih kuat dari perkiraan. Sementara itu, pasar saham AS tutup pada Rabu waktu setempat (Kamis WIB), yang kemungkinan mengakibatkan perdagangan sepi sepanjang hari.

Greenback melemah semalam karena penjualan ritel AS menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi masih lesu dan Federal Reserve akan menurunkan suku bunganya lebih cepat. Euro terakhir menguat 0,1 persen pada US$1,0753; harga mencapai titik terendah dalam 1½ bulan pada Jumat di US$1,07.

Kesenjangan imbal hasil antara utang Pemerintah Prancis dan Jerman, yang kini dilihat sebagai ukuran risiko krisis anggaran di jantung Eropa, telah sedikit berkurang sejak Senin namun tetap mendekati level tertinggi dalam tujuh tahun yang dicapai minggu lalu.

|Baca juga: BI: Peningkatan Surplus Neraca Perdagangan akan Topang Ketahanan Perekonomian

Para analis menandai mata uang tunggal tersebut masih jauh dari ancaman serius terhadap stabilitas keuangan blok kawasan euro.

“Pergerakan valas yang sangat terbatas dibandingkan dengan pergerakan selisih OAT (yield obligasi Pemerintah Prancis) menggarisbawahi fakta reaksinya lebih pada penilaian ulang risiko pendapatan tetap,” kata Kepala Penelitian Pasar Global MUFG Derek Halpenny.

Pemimpin National Rally (NR) Marine Le Pen menyatakan ingin tinggal bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan akan menghormati institusi, sehingga memicu ekspektasi bahwa NR dapat membatalkan janji yang mahal secara fiskal jika mereka memenangkan pemilu pada awal Juli.

Bank sentral Eropa (ECB) juga dapat membeli obligasi Prancis untuk menghindari pelebaran selisih imbal hasil yang tidak beralasan dan tidak teratur. Namun, Kepala Ekonom ECB Philip Lane mengatakan gejolak pasar baru-baru ini bukan sesuatu yang tidak teratur.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Asuransi Kesehatan: Antara Kenaikan Klaim dan Demand yang Tinggi
Next Post Menko Perekonomian: Neraca Perdagangan Indonesia Teruskan Tren Positif, Raih Surplus 49 Bulan Berturut-Turut

Member Login

or