Media Asuransi, GLOBAL – Dolar AS melemah pada akhir perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB), mengambil jeda dari kenaikan baru-baru ini. Hal itu karena investor mengkonsolidasi posisi dan menantikan data ekonomi minggu ini serta pertemuan kebijakan Federal Reserve minggu depan terkait siklus pelonggaran moneter.
Namun, mata uang tersebut mengurangi pelemahannya setelah data menunjukkan aktivitas bisnis di negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut meningkat pada Januari dan tingkat inflasi mereda. Data menunjukkan ukuran harga yang dikenakan oleh perusahaan untuk produk mereka turun ke level terendah dalam lebih dari 3,5 tahun.
Investor sekarang menantikan pembacaan pertama produk domestik bruto AS untuk kuartal keempat pada Kamis waktu setempat, dan pembacaan inflasi lainnya –data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE)– pada Jumat waktu setempat.
|Baca: Prediksi IHSG dan 4 Rekomendasi Saham untuk Jemput Rejeki Hari ini
“Kita mungkin melihat sedikit lebih banyak penguatan dolar dalam waktu dekat karena kita telah secara efektif melihat penyesuaian risiko di sekitar penurunan suku bunga Fed,” kata Kepala Strategi Valuta Asing Scotiabank Shaun Osborne, di Toronto, dikutip dari The Business Times, Kamis, 25 Januari 2024.
Ia menambahkan taruhan terhadap penurunan suku bunga tahun ini terlalu agresif pada Desember sehingga pasar harus melakukan sedikit penyesuaian. “Jadi suku bunga AS yang sedikit lebih tinggi akan mendapat dukungan terhadap dolar. Angka-angka perekonomian selama beberapa hari ke depan akan sangat penting,” kata Osborne.
Indeks dolar turun 0,2 persen menjadi 103,26 setelah naik ke puncak enam minggu pada Selasa waktu setempat. Sejak awal tahun, dolar telah menguat sekitar 1,7 persen tahun ini karena data yang lebih kuat dari perkiraan dan penolakan dari para bankir bank sentral menyebabkan pasar mengekang ekspektasi pemotongan suku bunga The Fed yang cepat pada tahun ini.
Para analis mengatakan mata uang AS masih berada di tengah koreksi yang lebih tinggi. Dolar turun 1,2 persen pada Desember dan 1,5 persen pada November, karena pejabat Fed membuat komentar dovish yang menunjukkan bank sentral mendekati akhir dari siklus pengetatan.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News