Media Asuransi, JAKARTA – Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahyudin Rahman mengutarakan pendapatnya soal alternatif strategi penempatan investasi di luar pasar modal. Kondisi tersebut seiring Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih belum bertenaga.
Hal itu menyusul adanya pembaruan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada Indonesia sebesar 32 persen dan memberi dampak tersendiri kepada bursa saham. Wahyudin berpendapat perusahaan asuransi jiwa pada dasarnya tidak perlu mengurangi porsi investasi di pasar modal melainkan dapat mencari alternatif startegi di luar itu.
|Baca juga: Hasil Investasi Asuransi Jiwa Diramal Terdampak IHSG yang Membara, Tergerus Signifikan?
|Baca juga: Diversifikasi dan Rebalancing Portofolio Berkala Wajib Jadi Pegangan Asuransi Jiwa Hadapi Tarif AS
Selain mengurangi porsi saham, tambahnya, perusahaan asuransi jiwa dapat meningkatkan eksposur ke instrumen pendapatan tetap seperti Surat Berharga Negara (SBN) atau sukuk. “Selain itu, perusahaan dapat melirik instrumen pasar uang dengan likuiditas tinggi,” ungkapnya, kepada Media Asuransi, dikutip Senin, 14 April 2025.
Sebelumnya pada Selasa, 8 April 2025, IHSG usai libur panjang Lebaran anjlok sebesar 9,19 persen ke level 5.912 pada pembukaan pertama pukul 09.00 WIB. Kondisi itu membuat PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan tindakan pembekuan sementara perdagangan atau trading halt.
|Baca juga: Bank Mega (MEGA) Bagi Dividen Tunai 2024 sebesar Rp1,05 Triliun
|Baca juga: Survei: Warga Singapura Bidik Miliki Kebebasan Finansial di Usia 40 Tahun
Wahyudin menambahkan strategi lain yang juga bisa dicari dari eksplorasi alternatif investasi seperti berinvestasi di sektor riil atau proyek infrastruktur. “Melalui skema yang terjamin, misalnya DINFRA atau EBA, tentunya dengan tetap memperhatikan batas regulasi Otoritas Jasa Keuangan,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News