Apakah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan segera tembus kembali ke level 6.000-an? Kemungkinan itu tetap ada, apalagi di data penutupan perdagangan harian selama pekan ketiga September menunjukkan kecenderungan IHSG di level 5.800-an hingga 5.900-an. Kian relatif stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pekan itu, mengiringi penguatan indeks.
Data perdagangan di BEI pada tanggal 21 September menunjukkan bahwa pada perdagangan preopening, IHSG ada di level 5.956,500 kemudian menguat pada saat pembukaan perdagangan ke level 5.968,297. Sayangnya, setelah jeda perdagangan siang, penguatan indeks sedikit tertahan sampai akhirnya ditutup di level 5.957,744 di sore hari. Pada hari yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga menunjukkan sedikit penguatan dibandingkan dengan hari sebelumnya, yakni di level Rp14.823 per dolar AS.
Perkiraan bahwa indeks saham akan terus menguat, disampaikan pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Tony Prasetiantono. Menurut dia, level wajar IHSG di tahun ini memang sekitar 6.000-an. Jika sejak pertengahan tahun hingga saat ini indeks berada di bawah level 6.000-an, itu merupakan respons wajar dari investor atas apa yang terjadi di pasar global. “Jadi saya cukup optimistis bahwa level IHSG akan kembali ke 6.000-an. Karena memang wajarnya di sekitar angka itu, untuk tahun ini,” katanya saat berdiskusi dengan wartawan di Yogyakarta, 22 September 2018.
Terlebih lagi dalam beberapa hari terakhir di pekan ketiga September 2018, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah relatif stabil. “Beberapa hari terakhir ini rupiah relatif menguat, kini ada di kisaran Rp14.800-Rp14.900 per dolar AS,” tambah Tony. Nilai tukar ini lebih baik jika dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya, saat berulang kali tembus angka Rp15.000 per dolar AS.
Harapan terus berlanjutnya penguatan indeks di kuartal keempat 2018 turut diperkuat dengan kembali aktifnya para investor asing di pasar modal kita. Sebagai contoh, pada penutupan perdagangan di tanggal 20 September 2018, IHSG ditutup menguat 57,669 poin ke level ke 5.931,26. Pada hari itu, penguatan indeks terutama ditopang oleh aksi beli asing yang mencatat net buy sebesar Rp221 miliar. Pada hari yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ikut mengalami penguatan. Kurs AS berada di level Rp14.846 per dolar AS, lebih baik dibandingkan dengan posisi hari sebelumnya di level Rp14.854 per dolar AS.
Menurut data perdagangan di hari itu, penguatan IHSG didorong oleh naiknya 10 sektor saham, termasuk sektor saham industri dasar yang naik hingga 1,82 persen. Sebanyak 239 saham tercatat menguat, 159 saham melemah, dan 111 saham stagnan. Perdagangan saham dilaporkan berlangsung moderat dengan frekuensi perdagangan saham 421.614 kali transaksi, volume 9,4 miliar lembar saham senilai Rp7,4 triliun.
Pada pertengahan September, IHSG berada di level 5.931,281 saat penutupan perdagangan tanggal 14 September 2018. Indeks naik 73,007 poin atau mencapai 1,25 persen jika dibanding posisi pada saat penutupan perdagangan lantai bursa sehari sebelumnya. Penguatan IHSG kali ini didorong oleh seluruh saham sektoral, saham sektor perdagangan naik paling tinggi dengan kenaikan 1,26 persen. Sebanyak 209 saham naik, 127 saham turun, dan 114 saham stagnan. Perdagangan saham dilaporkan berlangsung moderat dengan frekuensi perdagangan saham tercatat 341.785 kali, transaksi sebanyak 7,7 miliar lembar saham senilai Rp5,7 triliun.
Pada hari yang sama, tanggal 13 September waktu AS, indeks utama bursa AS ditutup menguat. Indeks Dow Jones dilaporkan menguat sebesar 0,57 persen ke level 26,146, indeks S&P naik 0,53 persen ke level 2,904, dan indeks Nasdaq naik sebesar 0,75 persen ke level 8,013. Kenaikan indeks juga dibukukan oleh bursa regional, seperti indeks Nikkei 225 yang naik 1,20 persen, indeks Hang Seng naik 1,01 persen, dan indeks Komposit Shanghai naik 1,25 persen.
Para pelaku pasar berharap, tren penguatan indeks akan terus terjadi di kuartal keempat tahun ini. Respons kebijakan BI dan pemerintah dalam menghadapi perang dagang AS-China, diharapkan juga akan membuat nilai tukar rupiah relatif stabil. S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News