Pasar modal saat ini telah menjadi sumber pembiayaan bagi korporasi, baik untuk keperluan modal kerja maupun investasi, saat akan melakukan ekspansi usaha. Ada yang masuk ke pasar modal melalui penawaran saham perdana (IPO/initial public offering), penerbitan saham baru (right issue), maupun dengan menerbitkan obligasi. Bak gayung bersambut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator saat ini ingin meningkatkan peran pasar modal bagi perekonomian. Apalagi, kondisi lantai bursa sedang bagus yang ditandai dengan terus meningkatnya indeks harga saham (IHSG).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan bahwa dalam satu tahun ke depan, pihaknya menjalankan beberapa langkah untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional melalui pasar modal. Hal ini disampaikan saat jumpa pers dalam rangka kegiatan Peringatan 40 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia yang jatuh pada 10 Agustus. Dalam acara yang diselenggarakan di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, 11 Agustus 2017, selain Wimboh juga Anggota Dewan Komisioner/Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK Hoesen dan pimpinan SRO (self regulatory organization) Pasar Modal dari BEI, KPEI dan KSEI.
Dalam kesempatan tersebut Wimboh Santoso mengatakan bahwa untuk jangka waktu satu tahun ke depan, Agustus 2017 – Juli 2018, OJK akan memprioritaskan beberapa program kerja. Salah satunya mendorong dan mempercepat pemanfaatan regulasi pasar modal terkait infrastruktur secara lebih kongkret dan dalam jumlah atau nilai yang signifikan. “Upaya ini telah membuahkan hasil dengan telah dikeluarkannya Pernyataan Efektif untuk penerbitan tiga instrumen pasar modal tepat tanggal 10 Agustus 2017 kemarin, dengan nilai mencapai Rp12 triliun yang langsung diguna-kan untuk membiayai pembangunan infrastruktur jalan tol, bandara, dan ketenagalistrikan,” katanya.
Ditambahkan, prioritas jangka pendek lain yang masih terkait dengan perwujudan dukungan pasar modal untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur adalah mendorong pemanfaatan instrumen pasar modal untuk pembiayaan infrastruktur lain seperti Dana Investasi Infrastruktur berbentuk KIK, Efek Beragun Aset (EBA) termasuk EBA Surat Partisipasi, Dana Investasi Real Estate baik yang konvensional maupun Syariah, Reksa Dana Penyertaan Terbatas, Reksa Dana Target Waktu, Dana Investasi Multi Aset berbentuk KIK.
Selain itu, penerbitan dan penyempurnaan regulasi yang memungkinkan penerbitan instrumen-instrumen pasar modal baru seperti Perpetual Bonds, Infrastructure Bond dan Project Bond guna memfasilitasi pembiayaan pembangunan infrastruktur baik yang telah dalam taraf pengembangan (brown field projects) maupun yang masih dalam taraf awal pembangunan (green field projects).
Sementara itu, sepanjang bulan Agustus IHSG terus bergerak naik dan mampu bertahan di atas level psikologis 5.900. Data perdagangan di BEI menunjukkan, pada perdagangan sesi pertama tanggal 23 Agustus 2017 IHSG pada level 5.903,847, sedang indeks LQ45 level 985,701. Indeks harga saham gabungan pada hari itu sempat menyentuh level tertinggi yakni 5.914,024 atau naik 33,727 poin (0,57 persen), sedang indeks LQ45 naik 7,479 poin (0,76 persen) ke 988,112. Ada tujuh sektor saham yang mengalami penguatan yang menopang laju IHSG. Penguatan paling
tinggi dialami sektor pertambangan yang naik 1,91 persen. Sebanyak 180 saham menguat, 137 saham melemah dan 132 saham stagnan.
Jika dibandingkan posisi indeks pada awal bulan Agustus, peningkatannya cukup signifikan. Pada penutupan perdagangan tanggal 4 Agustus 2017, IHSG berada di level 5.777,482 dan indeks LQ45 di level 962,264. Posisi tertinggi IHSG hari itu pada level 5.800,129 dan terendah di level 5.769,398. IHSG bergerak pada rentang tipis dengan transaksi cenderung sepi.
Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-days repo rate sebesar 25 basis points (bps) ke level 4,5 persen pada tanggal 22 Agustus 2017, diyakini mendatangkan sentimen positif di kalangan pelaku pasar modal termasuk broker. Penurunan suku bunga acuan ini diyakini akan menjadi pemicu perbaikan kinerja para emiten. Direktur Utama Mandiri Sekuritas Silvano Rumantir mengatakan, penurunan suku bunga acuan sejalan dengan upaya pemerintah mendorong roda perekonomian. Sebab jika juga memicu penurunan suku bunga kredit maka akan mengurangi beban dunia usaha.
Menurutnya tingkat konsumsi masyarakat sangat bergantung dengan pertumbuhan perusahaan. Nah perusahaan bisa tumbuh jika bebanbebannya berkurang, salah satunya dengan beban pinjaman perbankan. “Saya kira ini masuk akal, karena kan lagi banyak kebutuhan supaya konsumsi bisa naik,” tuturnya kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, 23 Agustus lalu. Dia tambahkan, dengan upaya dari pemerintah yang sejalan dengan BI, IHSG tahun ini dapat tembus level 6.100. “Kami sudah sampaikan proyeksi 6.100 akhir tahun ini, kami belum revisi. Sekarang
kan 5.900 jadi sepertinya on track,” katanya.
Kombinasi dari membaiknya kondisi perekonomian nasional, kebijakan yang tepat, serta dukungan dari regulator dalam pengembangan pasar modal, diyakini akan membuat laju pertumbuhan indeks semakin kencang di bulan-bulan mendatang. S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News