Perbaikan beberapa indikator ekonomi baik dari global maupun domestik telah memberikan sentimen positif terhadap perbaikan kinerja pasar modal Tanah Air. Sebelumnya, pandemi Covid-19 telah menyeret ekonomi banyak negara ke dalam jurang resesi, tak terkecuali Indonesia. Di pasar saham domestik, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat minus 7 persen pada bulan September 2020 secara month to date (mtd), tetapi per 27 Oktober 2020 sudah mulai membaik dengan menguat 5,3 persen mtd pada level 5.128,2.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, penguatan pasar saham tersebut mencerminkan bahwa kinerja pasar modal Tanah Air masih terjaga. Secara sektoral, indeks sektor keuangan tercatat masih terus menguat. “Seiring dengan perbaikan di emerging market lainnya, investor nonresiden masih melakukan aksi jual bersih di pasar saham Indonesia yaitu Rp3,7 triliun di bulan Oktober, sehingga secara year to date tercatat Rp47,3 triliun aliran dana asing masih keluar,” jelas Wimboh secara virtual dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner OJK terkait update sektor jasa keuangan, pada 1 November 2020.
Di tengah tekanan arus dana keluar tersebut, sambungnya, terjadi peningkatan peranan investor domestik khsususnya investor ritel yang sejalan dengan program OJK untuk memperluas basis investor terutama investor domestik yang diharapkan mampu menopang kinerja IHSG secara berkelanjutan.
Mengutip data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal Indonesia tercatat terus mengalami peningkatan, mayoritas didominasi oleh investor usia muda.
Hingga 16 Oktober 2020, KSEI mencatat jumlah investor pasar modal meningkat sebesar 34,78 persen dari 2.484.354 pada akhir 2019 menjadi 3.348.396 investor. “Pertumbuhan investor selama sekitar 10 bulan terakhir ditopang oleh pertumbuhan investor reksa dana sebesar 49,4 persen dan investor Surat Berharga Negara (SBN) 37,10 persen. Pertumbuhan juga dicatatkan oleh investor saham selama sekitar 10 bulan terakhir yang meningkat 27,87persen,” jelas Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo pada 27 Oktober 2020.
Karakteristik demografi investor berdasarkan jenis kelamin masih didominasi oleh pria sebesar 61 persen, sedangkan investor wanita berjumlah 39 persen. Selain itu, dari data yang tercatat di KSEI, demografi investor makin bergerak ke usia yang lebih muda.
Data KSEI per 16 Oktober 2020 menunjukan bahwa invest or usia di bawah 30 tahun berjumlah 47,84 persen dan usia 31 tahun–40 tahun berjumlah 24,31 persen. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa sekitar 70 persen investor pasar modal Indonesia berada pada usia muda.
Kepemilikan investor muda tersebut juga cenderung meningkat dibandingkan akhir Desember 2019. “Hal ini memperlihatkan antusiasme investor dalam berinvestasi yang tidak surut di kala pandemi,” tutur Uriep.
Pasar SBN
Tak hanya di pasar saham, penguatan juga terjadi di pasar SBN. Penguatan tersebut tecermin dari penurunan rerata yield seluruh tenor yang turun 13,8 bps. Meski demikian, investor asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp22,7 triliun mtd atau net sell sebesar Rp106,6 triliun ytd. “Penguatan pasar SBN ini didukung oleh peningkatan partisipasi sektor perbankan di pasar SBN di saat permintaan kredit belum menguat,” jelas Wimboh.
Adapun di pasar reksa dana, data OJK per 26 Oktober 2020 mencatat NAB industri reksa dana masih -1,67 persen ytd dengan nilai net subscribtion sebesar Rp18,9 triliun ytd.
Terkait kebijakan stimulus di pasar modal, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen mengatakan, OJK akan terus mengamati perkembangan pasar modal seiring dengan sejumlah stimulus dan relaksasi yang sudah dan sedang diberikan. “Kita ingin pasar kita lebih stabil sehingga masih dilihat perkembangannya,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini pergerakan IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sentimen ketimbang fundamental. Ke depan, OJK akan mendorong pergerakan IHSG lebih stabil dengan mengedepankan faktor fundamental. Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News