1
1

Reksa Dana Masih Jadi Pilihan Investasi

   Reksa dana masih menjadi salah satu pilihan investasi bagi investor di Indonesia, termasuk industri asuransi. Di tahun 2019 ini, reksa dana diperkirakan masih tetap menjanjikan imbal hasil (yield) yang cukup tinggi. Tahun Politik diyakini tidak akan berpengaruh terhadap kinerja reksa dana. Di sisi lain, jumlah investor reksa dana dan nilai dana kelolaan yang terus bertambah dari tahun ke tahun, akan kembali meningkat di tahun ini.

   Apakah Tahun Politik, tahun dilaksanakannya Pemilu dan Pilpres, berpengaruh terhadap kinerja reksa dana? Sebagian investor dan analis mengatakan tidak ada pengaruhnya. Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan bahwa secara historis Pemilu dan Pilpres tidak berpengaruh pada kinerja reksa dana. Berdasar pengalaman di Tahun Politik sebelumnya yakni 2004, 2009, dan 2014, reksa dana tetap menunjukkan tren yang bagus. “Untuk tahun Pemilu seharusnya akan baik baik saja karena secara historis kinerja investasi baik,” katanya akhir Januari 2019.

   Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa berdasar pengalaman selama ini, reksadana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana saham masih jadi pilihan masyarakat di Tahun Politik. Apalagi, harga saham dan obligasi di sepanjang tahun ini diprediksi cenderung meningkat. Obligasi pada 2019 diprediksi akan terus positif karena suku bunga Bank Indonesia (BI) diprediksi tetap, bahkan turun, karena The Fed tidak terlalu agresif terhadap kebijakan suku bunganya. Di sisi lain, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga diperkirakan stabil sepanjang tahun ini.

   Sementara itu pergerakan indeks saham di 2019 diperkirakan akan semakin baik, didukung oleh kinerja emiten sepanjang tahun. Panin Asset Management memperkirakan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun ini berkisar di level 7.200-7.400. “Dengan kondisi demikian, 2019 merupakan tahun positif untuk investasi reksa dana saham. Mengacu data tersebut, di Tahun Politik ini, kinerja reksa dana bagus,” jelas Rudiyanto.

   Senada dengan proyeksi Panin Asset Management, data Infovesta Utama juga menunjukkan bahwa selama satu bulan pertama 2019, kinerja rata-rata reksa dana saham tumbuh 3,56 persen. Mengungguli kinerja reksa dana campuran yang tumbuh 3,15 persen di periode yang sama. Sementara, reksa dana pendapatan tetap tumbuh 0,50 persen dan reksa dana pasar uang kinerjanya naik 0,45 persen. Menurut Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, kinerja reksa dana saham paling tinggi karena IHSG tumbuh sebesar 5,45 persen di periode yang sama.

   Infovesta Utama mencatat, di Januari terjadi pembalikan kondisi pasar setelah The Fed tak lagi agresif menaikkan suku bunga acuan mereka. Hal ini membuat dana asing kembali masuk ke pasar modal domestik dan membuat kinerja reksa dana berbasis saham ikut merasakan sentimen positif. Selain itu, perkembangan perang dagang antara AS dan China di Januari yang menunjukkan tanda tanda penyelesaian, cenderung memberikan sentimen positif. Dalam kondisi seperti itu, diperkirakan reksa dana saham mampu mempertahankan kinerja positifnya hingga akhir 2019. “Paling tidak IHSG mungkin tumbuh 10 persen di tahun ini,” kata Wawan, awal Februari lalu.

   Senior Portfolio Manager-Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini memang akan melambat. Tetapi, menurut dia pada saat ini pasar telah menyesuaikan ekspektasinya sehingga risiko kejutan negatif bagi pasar tidak sebesar tahun lalu. Sementara itu di dalam negeri, pergerakan IHSG awal tahun ini dia nilai memiliki pola yang mirip dengan tahun lalu, yakni pada dua bulan pertama 2018 dan 2019 IHSG membukukan kenaikan lebih kurang empat persen. “Namun jika kita amati, banyak kondisi dan indikator ekonomi baik global maupun domestik yang tahun lalu dan di tahun ini sangat berbeda,” tandasnya dalam keterangan tertulis, pertengahan Maret 2019.

   Samuel menyatakan masih ada potensi dana asing untuk kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Kepemilikan investor asing di pasar saham Indonesia saat ini masih relatif rendah, terutama setelah mencatatkan outflow di periode 2017-2018. Karakteristik ekonomi Indonesia yang berorientasi domestik akan menjadi daya tarik bagi investor di tengah kondisi moderasi pertumbuhan ekonomi global. Selain itu nilai tukar rupiah yang lebih stabil dan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang sudah mendekati titik akhir, menciptakan iklim investasi lebih kondusif bagi Indonesia.

    Sementara itu Standard Chartered Indonesia memperkirakan tren positif reksa dana saham akan berlanjut seiring kembali masuknya dana asing ke emerging market, termasuk Indonesia. “Kalau kita lihat awal 2019, Januari–Februari, banyak dana sudah masuk kembali ke dalam negeri,” ujar Managing Director & Head, Wealth Management Standard Chartered Bank Indonesia Bambang Simarno, pertengahan Februari 2019.

   Alasan lain yang membuat dia optimistis kinerja reksa dana saham bakal bagus pada tahun ini adalah kondisi perekonomian global. Di awal tahun ini, Amerika Serikat terlihat mulai mengerem kenaikan suku bunga dan perang dagang. Bambang juga melihat reksa dana saham memang cenderung dicari oleh nasabah. Menurut dia, minat masyarakat Senada dengan proyeksi Panin Asset Management, data Infovesta Utama juga menunjukkan bahwa selama satu bulan pertama 2019, kinerja rata-rata reksa dana saham tumbuh 3,56 persen. Mengungguli kinerja reksa dana campuran yang tumbuh 3,15 persen di periode yang sama. Sementara, reksa dana pendapatan tetap tumbuh 0,50 persen dan reksa dana pasar uang kinerjanya naik 0,45 persen. Menurut Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, kinerja reksa dana saham paling tinggi karena IHSG tumbuh sebesar 5,45 persen di periode yang sama.

   Infovesta Utama mencatat, di Januari terjadi pembalikan kondisi pasar setelah The Fed tak lagi agresif menaikkan suku bunga acuan mereka. Hal ini membuat dana asing kembali masuk ke pasar modal domestik dan membuat kinerja reksa dana berbasis saham ikut merasakan sentimen positif. Selain itu, perkembangan perang dagang antara AS dan China di Januari yang menunjukkan tanda tanda penyelesaian, cenderung memberikan sentimen positif. Dalam kondisi seperti itu, diperkirakan reksa dana saham mampu mempertahankan kinerja positifnya hingga akhir 2019.  “Paling tidak IHSG mungkin tumbuh 10 persen di tahun ini,” kata Wawan, awal Februari lalu.

    Senior Portfolio Manager-Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini memang akan melambat. Tetapi, menurut dia pada saat ini pasar telah menyesuaikan ekspektasinya sehingga risiko kejutan negatif bagi pasar tidak sebesar tahun lalu. Sementara itu di dalam negeri, pergerakan IHSG awal tahun ini dia nilai memiliki pola yang mirip dengan tahun lalu, yakni pada dua bulan pertama 2018 dan 2019 IHSG membukukan kenaikan lebih kurang empat persen. “Namun jika kita amati, banyak kondisi dan indikator ekonomi baik global maupun domestik yang tahun lalu dan di tahun ini sangat berbeda,” tandasnya dalam keterangan tertulis, pertengahan Maret 2019.

  Samuel menyatakan masih ada potensi dana asing untuk kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Kepemilikan investor asing di pasar saham Indonesia saat ini masih relatif rendah, terutama setelah mencatatkan outflow di periode 2017-2018. Karakteristik ekonomi Indonesia yang berorientasi domestik akan menjadi daya tarik bagi investor di tengah kondisi moderasi pertumbuhan ekonomi global. Selain itu nilai tukar rupiah yang lebih stabil dan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia yang sudah mendekati titik akhir, menciptakan iklim investasi lebih kondusif bagi Indonesia.

    Sementara itu Standard Chartered Indonesia memperkirakan tren positif reksa dana saham akan berlanjut seiring kembali masuknya dana asing ke emerging market, termasuk Indonesia. “Kalau kita lihat awal 2019, Januari–Februari, banyak dana sudah masuk kembali ke dalam negeri,” ujar Managing Director & Head, Wealth Management Standard Chartered Bank Indonesia Bambang Simarno, pertengahan Februari 2019.

    Alasan lain yang membuat dia optimistis kinerja reksa dana saham bakal bagus pada tahun ini adalah kondisi perekonomian global. Di awal tahun ini, Amerika Serikat terlihat mulai mengerem kenaikan suku bunga dan perang dagang. Bambang juga melihat reksa dana saham memang cenderung dicari oleh nasabah. Menurut dia, minat masyarakat

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Keunggulan Wanita Agen Asuransi
Next Post Kredit Konsumer Ditargetkan Tumbuh Double Digit

Member Login

or