Media Asuransi, JAKARTA – Dinamika yang terjadi akhir-akhir ini membuat imbal hasil obligasi pemerintah AS dan Indonesia kembali naik. Di akhir Juni, imbal hasil UST 10 tahun tercatat di kisaran 4,4 persen dan imbal hasil SUN 10 tahun kembali menembus tujuh persen.
Portfolio Manager Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Laras Febriany, mengatakan bahwa perubahan ekspektasi suku bunga global, pelemahan Rupiah, dan sentimen terkait outlook fiskal juga menekan pasar obligasi Indonesia. “Walaupun mengalami tekanan, kami melihat peluang valuasi yang menarik di pasar obligasi Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis, 11 Juli 2024.
Menurut dia, saat ini selisih imbal hasil obligasi pemerintah dan UST berada pada level tertinggi dalam satu tahun terakhir, menciptakan potensi investasi menarik di siklus akhir menjelang pemangkasan suku bunga.
Jika kita bandingkan dengan negara di kawasan Asia, selisih imbal hasil obligasi Indonesia menjadi yang tertinggi, bahkan di atas India. Ditambah lagi, CDS 5 tahun yang menggambarkan persepsi risiko bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia sudah terlihat stabil.
|Baca juga: Pasar Obligasi Masih Menjanjikan Seiring Potensi Pemangkasan Suku Bunga
“Kami melihat pasar obligasi tetap memiliki potensi, terutama jika inflasi AS turun dengan stabil sehingga FFR dapat diturunkan tahun ini, diiringi dengan stabilisasi Rupiah. Kami melihat skenario ini bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Berikutnya, kejelasan tentang outlook fiskal, anggaran APBN, dan kabinet ekonomi pemerintahan baru dapat menciptakan tambahan katalis bagi pasar obligasi ke depannya,” jelas Laras.
Lebih lanjut dia paparkan bahwa di tengah kondisi pasar yang masih bergejolak dan sensitif terhadap perubahan sentimen baik dari global maupun domestik, tingkat risiko portofolio sangat penting untuk dijaga oleh investor. Menerapkan diversifikasi pada portofolio investasi dapat menjadi salah satu strategi bagi investor dalam menjaga tingkat risiko investasi.
Reksa dana obligasi dapat dipertimbangkan oleh investor untuk memanfaatkan karakteristik defensif dari kelas aset obligasi. Kondisi imbal hasil obligasi yang tinggi saat ini dapat menjadi peluang bagi investor untuk ‘mengunci yield’ di level yang menarik dan juga dapat menikmati potensi capital gain ketika suku bunga mulai beranjak turun.
Laras mengatakan bahwa MAMI melihat potensi pemangkasan suku bunga di tahun 2024 ini masih dapat terjadi, tentunya didukung dengan makroekonomi yang kuat serta Rupiah yang stabil. MAMI mengelola portofolio secara aktif dan fokus kepada manajemen durasi serta pemilihan efek yang diharapkan dapat menjadi penopang kinerja portofolio di tahun ini.
“Selain itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali,” tuturnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News