Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama menilai tren kinerja reksa dana saham mapun reksa dana pendapatan tetap sedang dalam tren bearish sehingga investor disarankan untuk menunggu timing yang tepat alias wait and see dalam berinvestasi.
Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama memaparkan kinerja IHSG dalam sepekan ini kembali mengalami penurunan sebesar 1,31% ke level 6.651,90. Tekanan pada IHSG disebabkan adanya capital outflow di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tercatat sebesar Rp1,7 triliun dalam sepekan. “Tekanan capital outflow ini didorong kekhawatiran investor terhadap kondisi perekonomian global akan terjadinya resesi,” jelasnya.
|Baca juga: 4 Saham Pilihan Menu Trading Hari Ini 19 Juli 2022
Salah satunya, rilis data inflasi US periode Juni sebesar 9,1% (yoy) menjadi yang tertinggi dalam 41 tahun terakhir berpotensi mendorong Bank Sentral The Fed menaikkan suku bunga 75 bps pada pertemuan 26-27 Juli mendatang yang dapat menyebabkan perlambatan ekonomi US. Kondisi ini diperparah dengan buruknya rantai pasokan global akibat tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang masih terus berlanjut sehingga mendorong inflasi karena kenaikan harga komoditas.
Namun, di tengah kondisi pasar global yang volatile, rilis data ekonomi dalam negeri mampu memberikan dorongan positif bagi pasar saham dan obligasi Indonesia. Salah satunya rilis neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus periode Juni 2022 sebesar US$5,09 miliar atau naik 76,12% (MoM). Kembali dibukanya izin ekspor minyak sawit dan turunannya menjadi penopang surplus neraca perdagangan.
“Kami melihat kondisi pasar yang fluktuatif akan terus berlanjut sejalan dengan pelemahan ekonomi global. Capital outflow di Indonesia yang terjadi disebabkan kekhawatiran investor terhadap langkah the Fed yang lebih agresif dalam menaikkan suku bunga serta langkah BI dinilai lambat dalam menghadapi ancaman tersebut,” tambahnya.
|Baca juga: Tekanan Jual Melanda IHSG, Strong Buy 2 Saham Ini
Di tengah kondisi yang fluktuatif, aset safe haven (dollar AS) menjadi incaran pelaku pasar sambil melihat perkembangan pasar lebih lanjut. Dolar AS menjadi incaran para pelaku pasar karena dinilai lebih liquid sehingga menyebabkan rupiah melemah. Bahkan kurs rupiah kembali tertekan 0,11% ke level Rp14.990 per dolar AS dalam sepekan terakhir akibat penguatan dolar AS.
Namun, Infovesta melihat berbagai kebijakan moneter dan fiskal yang telah dikeluarkan selama ini oleh pemerintahan Indonesia, terlihat mampu menahan sentimen negatif dari eksternal. Di tengah kondisi global yang volatile, bagaimana dengan potensi kinerja investasi pasar modal? Infovesta melihat kinerja reksa dana saham maupun reksa dana pendapatan tetap sedang dalam tren bearish sehingga investor sebaiknya menunggu timing yang tepat (wait & see) dalam berinvestasi.
“Kami menyarankan investor tetap harus waspada terutama terhadap isu kebijakan kenaikan suku bunga The Fed dan arah kebijakan suku bunga BI yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar saham dan obligasi,” jelasnya.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News