1
1

Peluang Harga Bitcoin Tembus US$100.000 Masih Terbuka

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, JAKARTA – Ajaib Kripto menilai potensi pergerakan harga Bitcoin (BTC) ke level US$100.000 masih terbuka lebar setelah berhasil menembus level US$95.000.

Dikutip dari keterangan resmi, Rabu, 30 April 2025, Ajaib Kripto mencatat harga Bitcoin (BTC) kembali menguat, menembus level US$95.000 setelah ETF Bitcoin membukukan inflow terbesar sejak Desember lalu. Berdasarkan data dari SoSoValue, 12 ETF Bitcoin yang diperdagangkan di bursa berhasil menarik lebih dari US$3 miliar sepanjang pekan lalu. Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor dan adopsi Bitcoin secara mainstream, seiring dengan kabar bahwa negosiasi tarif Presiden Donald Trump mendekati penyelesaian.

|Baca juga: Total Aset Kripto Resmi di Indonesia Bertambah Jadi 1.444 Token

ETF Bitcoin, yang melacak harga Bitcoin, sering dianggap sebagai barometer sentimen pasar terhadap kripto. Arus masuk dana yang besar menunjukkan optimisme terhadap masa depan Bitcoin di tengah ketidakpastian geopolitik.

Penguatan Bitcoin juga diiringi pembalikan tren dari penurunan sebelumnya, di mana harga BTC sempat menyentuh US$75.000 pada 7 April. Dalam tujuh hari terakhir, Bitcoin melonjak 8% dan mencapai US$95.500, level tertinggi sejak Februari lalu.

Pasar kripto secara keseluruhan juga menunjukkan pemulihan: Ethereum naik 11%, XRP naik 9% dan Solana naik 8%.

|Baca juga: Total Aset Kripto Resmi di Indonesia Bertambah Jadi 1.444 Token

Sebelumnya, pengumuman kebijakan tarif baru Trump di awal bulan memicu kekacauan pasar dan mendorong aksi jual besar-besaran di pasar saham dan kripto. Namun, pasar mulai stabil setelah Trump mengumumkan penangguhan sebagian besar tarif selama 90 hari, kecuali untuk China. Sejak pengumuman jeda tarif tersebut, Bitcoin telah menguat sekitar 14%, memperkuat statusnya sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian.

 

Agenda Data Makroekonomi Pekan Ini

Pekan ini, pasar juga menantikan sejumlah rilis data makroekonomi penting: yaitu pertama, 29 April: Laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) akan dirilis, yang berpotensi memberikan gambaran tentang dampak perang dagang terhadap pasar tenaga kerja AS.

Kedua, 30 April: Proyeksi Core PCE (Personal Consumption Expenditures) akan dipublikasikan, memberikan indikasi perubahan signifikan dalam laju inflasi AS. Ketiga, 1 Mei: Data ISM Manufacturing PMI akan dirilis. Laporan ini bisa memperlihatkan ketakutan bisnis akibat perang tarif, yang bisa berdampak negatif terhadap pasar jika menunjukkan kemerosotan lebih lanjut.

|Baca juga: Ketidakpastian Global Meningkat, Ini yang Perlu Dilakukan Investor Kripto

Keempat, 2 Mei: Laporan ketenagakerjaan akan dipublikasikan. Mengingat volatilitas pasar akibat tarif baru-baru ini, ada potensi data menunjukkan ‘pause besar’ dalam pertumbuhan ekonomi.

Sejak Trump dilantik, inflasi AS terus menurun. Berdasarkan data TradingEconomics, inflasi melandai dari puncak 9,1% pada 2022 menjadi 2,4% pada Maret 2025. Trump mengklaim kemenangan dalam mengendalikan inflasi, namun tetap mendorong penerapan tarif, langkah yang menurut para ekonom berpotensi memicu kembali tekanan harga.

Sebagai tanggapan, Trump semakin gencar menyerukan pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, data CME FedWatch menunjukkan probabilitas sebesar 90,1% bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan FOMC berikutnya pada 7 Mei.

 

Data On-Chain Dukung Sinyal Penguatan Bitcoin

Data on-chain semakin menguatkan potensi lonjakan harga Bitcoin. Berdasarkan data CryptoQuant, investor menarik lebih dari US$4 miliar Bitcoin dari platform perdagangan sejak seruan terbaru Trump untuk pemangkasan suku bunga. Akibatnya, total simpanan Bitcoin di bursa menurun dari US$237,8 miliar pada 22 April menjadi US$233,8 miliar saat ini.

Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak investor memilih untuk mengamankan Bitcoin mereka di wallet pribadi, mengurangi tekanan jual di pasar. Dengan pasokan Bitcoin yang terus menyusut di exchange dan permintaan yang tetap tinggi, prospek Bitcoin menuju level psikologis US$100.000 masih terbuka.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bos Prudential Indonesia Harap PRUIncome Plus Berkontribusi Besar di Bisnis Bancassurance
Next Post Obligasi Rp700 Miliar Miliki BRI Finance Akan Jatuh Tempo 4 Bulan Lagi

Member Login

or