Media Asuransi, JAKARTA – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi iklim investasi dan pasar modal akan positif setelah Pemilihan Umum (pemilu) yang berpotensi selesai lebih cepat daripada prediksi. Kondisi itu menggugurkan ketidakpastian dan kekhawatiran terkait berlarutnya proses pemilihan kepala negara.
Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto mengatakan Pemilihan Presiden (Pilpres) yang diprediksi berlangsung satu putaran tersebut bakal memberikan keyakinan bagi pelaku industri dan bisnis untuk mengambil keputusan yang lebih ekspansif.
“Prediksi positif pada iklim investasi tersebut dibarengi dengan faktor prediksi dipangkasnya BI Rate pada semester II/2024,” ujar Rully, dalam Media Day: February 2024 by Mirae Asset Sekuritas, dikutip dari keterangannya, Rabu, 21 Februari 2024.
Saat ini, Pemilu yang baru dilakukan 14 Februari 2024 sudah menunjukkan sinyal unggulnya calon presiden di atas batas yang tidak dapat disusul oleh calon presiden lain sekaligus berpotensi menggugurkan potensi Pilpres dua putaran. Prediksi tersebut didasari penghitungan cepat beberapa lembaga survei dan hasil finalnya akan diumumkan bulan depan.
|Baca juga: IHSG Mulai Menghijau, Simak 4 Rekomendasi Saham Cari Cuan Jumbo Hari ini
Meskipun demikian, Rully mengatakan, faktor makroekonomi eksternal lebih berpengaruh terhadap makroekonomi domestik, dibandingkan dengan faktor Pemilu terhadap makroekonomi dalam negeri.
Dia mengatakan faktor lain yang akan berpengaruh kepada kondisi makroekonomi Indonesia adalah perkembangan inflasi di negara-negara ekonomi maju yang menentukan arah suku bunga, inflasi dalam negeri yang juga stabil, neraca luar negeri, dan neraca fiskal yang lebih terkendali.
Prediksi belanja pemerintahan
Menurut dia, satu faktor lain yang mendasari optimisme tersebut didasari oleh prediksi belanja pemerintahan yang lebih fokus menjaga stabilitas makroekonomi. Rully mencatat terdapat beberapa risiko yang juga dapat memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Beberapa faktor tersebut adalah kondisi geopolitik yang masih penuh dengan ketidakpastian.
Faktor risiko tersebut adalah potensi penurunan harga komoditas karena prediksi perlambatan ekonomi di China dan tingkat global, inflasi AS yang dapat lebih tinggi daripada ekspektasi, serta berlanjutnya ketidakpastian ekonomi akibat pemilu.
Kedepannya, tutur Rully, momentum politik lain yang masing ditunggu publik adalah ketika pembentukan kabinet yang akan menunjuk menteri-menteri dan pejabat negara lainnya.
Head of Research Team Mirae Asset Robertus Hardy menambahkan secara historis di tengah potensi penurunan suku bunga acuan domestik, beberapa sektor yaitu barang konsumsi yakni siklikal dan non-siklikal, serta keuangan, akan berkinerja lebih tinggi daripada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Kami meyakini situasi ketika Bank Indonesia (BI) berpotensi melonggarkan kebijakan moneternya seperti sekarang, mirip dengan usai krisis finansial global 2008, dan pandemi covid-19 pada 2020,” kata Robertus.
Dari sektor barang konsumsi non-siklikal, beberapa saham di antaranya adalah UNVR, ICBP, MYOR, AMRT. Sedangkan dari sektor barang konsumsi siklikal yakni ACES dan MAPI. Kemudian dari sektor keuangan ada BBRI, BBCA, BMRI, dan BBNI.
Dengan pertimbangan sektor-sektor tersebut dan dengan pertimbangan kinerja operasional dan finansial yang solid, Robert mengatakan, pilihan saham (stockpick) masih pada BBCA, BBRI, HOKI, AMRT, ACES, MAPI, TLKM, ISAT, dan ASII.
Prediksi nilai wajar IHSG juga masih ditetapkan pada 8.100 untuk tahun ini yang mencerminkan valuasi 14x P/E ratio dengan prediksi pertumbuhan laba per saham (EPS) 5-6 persen.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News