1
1

Penutupan Perdagangan: IHSG dan Kurs Rupiah Kompak Dapat Rapor Merah!

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Selasa usai libur panjang Lebaran berakhir di zona merah. Senada, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) juga terlihat kian melemah ketimbang pembukaan pada perdagangan pagi tadi di RpRp16.005 per US$.

IHSG Selasa, 16 April 2024, perdagangan sore berakhir di 7.164, melemah 122 poin atau setara 1,68 persen ketimbang pagi tadi di 7.285. Level tertinggi di 7.285 dan terendah di 7.066. Volume perdagangan hari ini tercatat 24 miliar lembar saham senilai Rp23 triliun. Sebanyak 165 saham menguat, 457 saham melemah, dan 175 stagnan.

|Baca juga: Bandara Internasional Dhoho Diharap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Jatim

Sedangkan menurut Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup di Rp16.175 per US$, tertekan 327 poin atau setara 2,07 persen dengan year to date return 5,05 persen. Hari ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp16.005 hingga Rp16.214 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp16.112 per US$.

Wall Street melemah

Di sisi lain, saham-saham Wall Street berakhir lebih rendah pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB). Hal itu terjadi meskipun data ekonomi AS solid dengan penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran atas konflik di Timur Tengah.

Dow Jones Industrial Average berakhir di 37,735, turun 0,7 persen setelah mencatat penurunan 650 poin dari puncaknya di awal sesi. Indeks S&P 500 berbasis luas turun 1,2 persen menjadi 5.061. Sedangkan Indeks Komposit Nasdaq yang kaya akan teknologi turun 1,8 persen menjadi 15.885,02.

Sedangkan dolar AS mencapai level tertinggi sejak awal November terhadap sejumlah mata uang pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB), dan mengirim yen ke level terendah sejak 1990. Kondisi itu setelah penjualan ritel AS meningkat lebih dari perkiraan pada Maret.

Greenback menguat karena inflasi yang masih stagnan dan pertumbuhan yang kuat menyebabkan investor menunda ekspektasi mengenai kapan Federal Reserve kemungkinan mulai menurunkan suku bunganya. Bank sentral AS kini juga memperkirakan melakukan pemotongan lebih sedikit dibandingkan dengan sebelumnya.

“Data AS terus menunjukkan hasil yang lebih baik dan lebih baik dari perkiraan,” pungkas Kepala FX Global Jefferies Brad Bechtel, di New York.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Bandara Internasional Dhoho Diharap Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Jatim
Next Post Pemerintah Siapkan Langkah Antisipasi saat Konflik di Timur Tengah Kian Membara

Member Login

or