Media Asuransi, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin pagi atau di awal pekan usai libur panjang terpantau bergerak di area merah. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (US$) pada pembukaan perdagangan terlihat melemah ketimbang penutupan perdagangan sebelumnya di Rp16.046 per US$.
IHSG Senin, 13 Mei 2024, perdagangan pagi dibuka di 7.088 dan tak lama melemah ke 7.061. Posisi tertinggi di 7.088 dan terendah di 7.052. Volume perdagangan pagi tercatat sebanyak 3,8 miliar lembar saham senilai Rp2,9 triliun. Sebanyak 164 saham menguat, 222 saham tertekan, dan sebanyak 199 saham stagnan.
|Baca juga: Menkeu Sampaikan Hal Ini saat Hadiri Rangkaian Pertemuan Tahunan ADB
Sementara mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka tertekan ke Rp16.072 per US$ dengan year to date return 4,40 persen. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp16.070 hingga Rp16.080 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp15.932 per US$.
Bursa saham AS menguat
Di sisi lain, saham-saham AS sedikit menguat pada akhir perdagangan Jumat lalu waktu setempat (Sabtu WIB). Ketiga indeks kembali membukukan kenaikan mingguan karena investor menganalisis komentar dari pejabat Federal Reserve dan menantikan rilis data inflasi penting.
Indeks S&P 500 dan Dow Jones sedikit lebih tinggi serta Nasdaq berakhir tidak berubah. Ketiga indeks menguat minggu lalu dengan saham blue-chip Dow meraih persentase kenaikan terbesar. Komentar dari beberapa pejabat The Fed membantu menetapkan ekspektasi ketika pelaku pasar menantikan data inflasi di minggu ini.
|Baca juga: BSI Berangkatkan 178 Ribu Jemaah Haji Indonesia di 2024
“Tidak ada yang benar-benar ingin mengambil posisi besar. Dan kita sedang memasuki masa di mana orang-orang cenderung keluar rumah lebih awal. Cerita terbesarnya adalah penurunan sentimen konsumen, namun di luar itu tidak banyak hal yang perlu diperhatikan,” kata CEO Horizon Investment Services Chuck Carlson, di Hammond, Indiana.
Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic mengakui petunjuk baru-baru ini bahwa perekonomian sedang melambat, namun waktu penurunan suku bunga masih belum pasti. Dengan nada yang lebih hawkish, Presiden The Fed Dallas Lorie Logan mengatakan tidak jelas apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk menurunkan inflasi ke target bank sentral sebesar dua persen.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News