Melalui keterangan resminya, Pefindo menjelaskan outlook untuk peringkat Perusahaan dipertahankan pada “positif” untuk mencerminkan ekspektasi Pefindo bahwa posisi bisnis dan proteksi arus kas ZINC akan membaik sebagai hasil dari ekspansi bisnis yang lebih terintegrasi dalam waktu dekat sejalan dengan beroperasinya smelter utamanya pada paruh kedua tahun 2022 (2H2022).
“Kami berharap smelter timbalnya akan meningkatkan produksi tahunan penambangan keseluruhan sekitar 220 ribu ton konsentrat pada tahun 2023 dari produksi sebelumnya 130 ribu ton konsentrat pada tahun 2021.”
ZINC akan menghasilkan EBITDA minimal Rp280 miliar pada tahun 2023-2025 yang diharapkan dapat mengurangi tingkat kewajiban finansial perusahaan, yang akan meningkatkan struktur permodalan, proteksi arus kas, dan likuiditas dalam waktu dekat, dengan proyeksi dana dari operasi terhadap rasio utang rata-rata 28,2% pada tahun 2023 – 2024 dari 6,2% pada akhir Juni 2022.
|Baca juga: Outlook Kapuas Prima Coal (ZINC) Direvisi Jadi Positif
Menurut Pefindo, peringkat tersebut mencerminkan cadangan dan sumber daya mineral ZINC yang memadai, serta kegiatan usaha Perusahaan yang terintegrasi secara vertikal sesudah beroperasinya smelter timbal dan seng. Peringkat Perusahaan dibatasi oleh struktur permodalan yang agresif, kapasitas yang cukup kecil dibandingkan dengan pesaing global, dan eksposur terhadap fluktuasi harga komoditas.
Peringkat dapat dinaikkan jika ekspansi bisnis ZINC pada smelter sukses menghasilkan arus kas yang signifikan dan menghasilkan peningkatan pada kondisi leverage perusahaan. Prospek dapat direvisi menjadi stabil tanpa kenaikan peringkat jika Perusahaan gagal meningkatkan pendapatan dari ekspansi penambangannya dan smelter timah yang menyebabkan perolehan pendapatan stagnan, jika fluktuasi harga di pasar seng, timbal, dan perak global secara signifikan mengganggu perkiraan pendapatan dan profitabilitas.
“Kami belum memasukkan kemungkinan peleburan smelter seng untuk dikonsolidasikan dalam proyeksi keuangan Perseroan,” jelas Pefindo.
Didirikan pada tahun 2005, ZINC bergerak pada bidang usaha eksplorasi dan produksi atas metal industri: seng (Zn), timbal (Pb), perak (Ag), dan juga bijih besi (Fe). Saat ini ZINC mengoperasikan tiga blok tambang bawah tanah dengan nama Gossan, Karim, dan Ruwai di Lamandau, Kalimantan Tengah, dengan estimasi kapasitas produksi raw ore sebesar 642.000 ton per tahun di 2022.
Terdaftar sebagai perusahaan terbuka pada tahun 2017, pemegang saham ZINC adalah Sim Anthony (14,42%), Kioe Nata (12,33%), Budimulio Utomo (10,15%), PT Sarana Inti Selaras (9,72%), Haroen Soedjatmiko (9,57%), William (9,16%), Nomura Bank Ltd. (6,67%), dan publik (27,89%) per 04 Oktober 2022.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News