Media Asuransi, JAKARTA – Kinerja emiten di sektor media diperkirakan masih akan berat pada tahun ini di tengah kian ketatnya persaingan dan ketatnya belanja iklan.
Melalui Mirae Asset Sekuritas Indonesia on Media (Neutral) – 2H22F: Second and third stages of digital TV implementation on progress, analis Mirae Sekuritas, Christine Natasya, mengatakan bahwa menurut Nielsen, tren belanja iklan Indonesia akan terus meningkat pada 2022F mengingat pemulihan ekonomi dan aktivitas normal kembali di tengah tren naik dari harga komoditas. “Kami memperkirakan pengeluaran iklan secara keseluruhan pada 2022F akan meningkat rata-rata 5% yoy, terutama untuk 1H22.”
Sedikit rebound ditunjukkan oleh belanja iklan dari pembelanja iklan terbesar, UNVR, di 1Q22. Terlepas dari kenaikan harga komoditas yang berkelanjutan, dia berpikir bahwa beberapa perusahaan FMCG yang berada di tengah persaingan yang ketat akan mengambil kesempatan ini untuk melakukan lebih banyak investasi brand dengan membelanjakan iklan lebih banyak pada 2022F.
|Baca juga: Mirae Pertahankan Overweight Sektor Perbankan, Ini Alasannya
Hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan PDB pada 1Q22. Meskipun harga CPO cenderung naik di 1Q22, beberapa perusahaan tersebut masih membukukan marjin usaha yang relatif stabil karena kenaikan ASP serta penghematan biaya. Christine berpikir bahwa di 2Q22, marjin dari perusahaan FMCG mungkin relatif stabil secara QoQ mengingat momen Idulfitri, yakni kenaikan ASP tidak mempengaruhi volume penjualan dan harga CPO sudah mulai normal. Terlepas dari itu, dia memperkirakan beberapa perusahaan akan menghabiskan lebih sedikit anggaran iklan di TV untuk 2H22F karena ketidakpastian dari inflasi dan daya beli.
“Kami mempertahankan pandangan Netral kami di sektor Media untuk 2H22F. Kami percaya biaya perusahaan barang konsumsi yang ketat selama era inflasi yang meningkat, terutama di 2H22F.”
Selain itu, persaingan dalam perusahaan media juga tetap ketat di tengah kenaikan biaya untuk setiap konten on-demand, menurut kami. Sebagai catatan, persaingan di industri TV tradisional mungkin membatasi kenaikan tarif.
Menurut Christine, perusahaan media akan terus fokus pada konten digital dengan memperkuat kehadirannya di pasar over-the-top (OTT). Untuk TV FTA, menurut dia, masih akan menjadi media pembelanjaan iklan yang dominan bagi pengiklan. Selain itu, risiko yang ada saat ini adalah peningkatan rate card yang lebih baik dari perkiraan dan kemampuan FMCG untuk membebankan biaya yang lebih tinggi.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News