1
1

Reli Bitcoin Diperkirakan Berlanjut pada November 2023

Pasar kripto global. | Foto: orbex.com

Media Asuransi, JAKARTA – Reli Bitcoin (BTC) pada bulan Oktober 2023 yang menyentuh level di atas US$35.000 atau Rp554 juta diperkirakan akan berlanjut pada bulan November 2023.

Bitcoin (BTC) berhasil mencapai level di atas US$ 35.000 atau sekitar Rp554 juta untuk pertama kalinya sejak Mei 2022 pada bulan Oktober yang lalu, dan hal ini membuktikan bahwa tren positif yang dikenal sebagai ‘Uptober’ masih berlaku di tahun ini.

Berdasarkan data Bitcoin Monthly returns, BTC menutup bulan Oktober dengan angka positif melonjak lebih dari 28% Sentimen positif tersebut menjadi pendorong utama bagi optimisme para pelaku pasar, yang mengantisipasi bulan November yang mungkin akan penuh dengan aksi bagi para investor kripto. Banyak pertanyaan tentang apakah reli Bitcoin akan terus berlanjut?

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan bahwa secara keseluruhan, pasar kripto cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2023 ini seiring dengan perbaikan prospek ekonomi AS. Selain itu, investor mulai berpindah untuk berinvestasi dalam Bitcoin karena mereka mengantisipasi bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) akan segera menyetujui yang pertama dalam ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat.

|Baca juga: Ajaib Kripto: Prediksi Bitcoin November 2023

“Investor telah mengantisipasi peluncuran ETF Bitcoin spot untuk mendapatkan momentum yang serius dalam tiga bulan terakhir. Lonjakan harga yang luar biasa bisa terjadi, jika ada kabar baru mengenai ETF. Bitcoin dan Ethereum berada di jalur yang tepat untuk menyelesaikan tahun ini dengan positif. Harga Bitcoin kini naik 107% year-to-date (YoD) pada tahun 2023, sementara harga Ethereum naik 49%,” kata Fyqieh.

Potensi Bullish November Fyqieh menjelaskan bahwa data Bitcoin Monthly returns menunjukkan bahwa sejak tahun 2013, BTC telah mencatat lima kali penutupan bulanan yang positif di bulan November. Data ini juga mengindikasikan bahwa ada kemungkinan lebih dari 60% bahwa November akan tetap menguntungkan bagi Bitcoin setelah bulan Oktober yang positif.

“Faktor-faktor tersebut menunjukkan pola historis yang menarik, meskipun data Bitcoin Monthly returns tidak cukup untuk mengambil keputusan tentang arah pergerakan harga BTC di masa depan. Oleh karena itu, para investor harus tetap berhati-hati dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi pasar kripto secara keseluruhan,” tambahnya.

Pada November 2023 ini, beberapa sentimen pendorong akan muncul, termasuk kekhawatiran terkait kegagalan bank, perkembangan makroekonomi, dan peningkatan minat dari institusi-institusi keuangan. Semua faktor ini akan berkontribusi terhadap volatilitas pasar Bitcoin.

|Baca juga: Harga Bitcoin Berpotensi Tembus Rp637 Juta pada Kuartal IV/2023

Menjelang akhir tahun, berita seputar ETF dan prospek halving Bitcoin berikutnya, yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar enam bulan, akan menjadi lebih penting. Kenaikan di pasar kripto yang terjadi setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dalam kisaran 5,25% hingga 5,50%, telah memicu sentimen bullish pada bulan November ini.

Meskipun keputusan ini sudah diantisipasi, tetap memiliki dampak signifikan di pasar, menguatkan investor dan trader di industri kripto. Bahkan Bitcoin mencapai level tertinggi baru pada tahun 2023, diperdagangkan di atas US$ 35.500 (Rp 562 juta) setelah keputusan The Fed.

“Kebijakan suku bunga yang stabil telah memberikan dorongan bagi Bitcoin untuk mendapatkan kembali momentumnya. Ini mungkin akan membantu Bitcoin untuk dengan percaya diri mencapai level resisten di angka US$ 36.000 (Rp 570 juta),” kata Fyqieh.

Dengan kebijakan moneter yang stabil dari The Fed dan perhatian yang diberikan pada indikator-indikator ekonomi, pasar menantikan potensi era stabilitas dan pertumbuhan. Skenario ini menciptakan dorongan bagi Bitcoin untuk mencapai level tertinggi baru setiap tahun, dengan target mencapai US$40.000 (Rp633 juta) pada akhir tahun 2023.

Namun, Fyqieh juga memperingatkan bahwa angka tersebut mungkin akan sulit dicapai, mengingat pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang bisa memicu kekhawatiran baru tentang pengetatan kebijakan moneter bank sentral. Sementara itu, responden di CME FedWatch Tool menunjukkan peningkatan kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan Desember mendatang.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pemerintah Prediksi Ekonomi RI Bakal Tumbuh 5,1 Persen di 2023
Next Post OK Bank Indonesia Diganjar Peringkat idA- Outlook Stabil oleh Pefindo

Member Login

or