Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan masih berpotensi tertekan seiring dengan sentimen resesi dan kebijakan the Fed.
Pengamat Pasar Keuangan dan Komoditas Ariston Tjendra menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah masih berpotensi tertekan terhadap dolar AS Hari ini karena sentimen resesi dan the Fed.
“Yield obligasi AS terlihat menurun drastis, yang artinya banyak pelaku pasar membeli obligasi AS beberapa hari belakangan ini untuk mengamankan nilai aset mereka,” katanya kepada Media Asuransi, Senin 4 Juli 2022.
|Baca juga: Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah
Menurutnya, yield obligasi AS tenor 10 tahun sudah bergerak di bawah 3% yaitu di kisaran 2,88%. Isu resesi menjadi penyebab beralihnya investasi pelaku pasar keuangan ke obligasi AS. Harga aset berisiko termasuk rupiah pun berpotensi dalam tekanan. Di tengah kebijakan pengetatan moneter bank sentral dunia ditambah inflasi yang tinggi, risiko resesi meningkat.
Selain itu, pasar juga masih mengantisipasi potensi kenaikan suku bunga acuan AS yang agresif. Perbedaan yield antara Indonesia dan AS yang menyempit mendorong pasar mencari aman di aset dollar AS dibandingkan rupiah sehingga ini ikut memberikan tekanan ke rupiah. “Potensi tekanan ke arah Rp14.980-Rp15.000, dengan potensi support di kisaran Rp14.900.”
Sementara itu pada perdagangan akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot ditransaksikan melemah 0,26% ke level Rp14.942 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah 0,50% ke level Rp14.956 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News