Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan investor untuk dapat melakukan aksi buy pada saham perbankan yang sempat terkoreksi.
Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi SUN. Investor dapat mengurangi porsi tenor jangka pendek dan menambah porsi tenor menengah hingga panjang.
Melalui Weekly Mutual Funds Update dikutip, Kamis, 20 Juni 2024, Tim Riset Infovesta memaparkan dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bearish sebesar -2,36% ke level 6.734,83 dipicu oleh sikap hati-hati investor menjelang libur panjang hari raya Idul Adha serta terkoreksinya saham big four perbankan dan masih berlanjutnya aksi jual investor asing sebanyak Rp2,34 triliun menjadi sentimen negatif IHSG.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah yang terdepresiasi terhadap dolar menjadi sentimen negatif tambahan pergerakan indeks. Baru-baru ini, Morgan Stanley memangkas peringkat saham domestik menjadi “Underweight”. Program kemenangan presiden terpilih Prabowo Subianto di antaranya menyediakan makan siang dan susu gratis untuk semua pelajar di Indonesia dapat menimbulkan beban fiskal yang besar dengan rasio debt to GDP yang semakin melebar diikuti dengan prospek perlambatan pendapatan fiskal domestik.
|Baca juga: Infovesta: Investor Bisa Buy on Weakness Saham Bank Big Caps
“Hal ini menjadi salah satu alasan asing masih melakukan aksi jual pada pasar saham domestik di tengah ketidakpastian pasar global.”
Rilis data penjualan ritel terkontraksi sebesar -2,7% YoY pada April 2024 (vs 9,3% YoY Mar’24) pascanormalisasi aktivitas setelah hari raya Idul Fitri. Terkontraksinya penjualan ritel menandakan tingkat konsumsi masyarakat yang melambat serta berimplikasi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
Sentimen dari global, rilis data inflasi Cina terbaru tetap di level 0,3% YoY pada Mei 2024. Laju inflasi China menandakan pemerintah perlu memberikan stimulus yang lebih luas baik dari segi fiskal dan moneter untuk menopang permintaan domestik dan pemulihan ekonomi yang merata.
Lemahnya konsumsi di China telah menahan laju inflasi yang rendah di tengah krisis sektor properti yang berkepanjangan. Sentimen dari AS, investor berfokus pada rilis data inflasi AS Mei dan keputusan The Fed. Rilis data inflasi terbaru pada bulan Mei (0% MoM; 3,3% YoY) yang lebih rendah dari ekspektasi (0,1% MoM; 3,4% YoY).
Serta keputusan The Fed kembali menahan laju suku bunga FFR di level 5,5% dan laju inflasi di tingkat produsen (PPI) di level -0,2% MoM lebih rendah dari ekspektasi pasar 0,1 MoM% menjadi angin segar untuk pasar.
Sedangkan pada pasar obligasi, Infovesta Gov. Bond Index turun -0,36% ke level 10.216,58. Terlepas dari sentimen positif eksternal yakni dari Inflasi AS dan keputusan The Fed terbaru. Penggerak pasar obligasi domestik dipicu oleh potensi pelebaran defisit fiskal yang akan terjadi pada era pemerintah baru menyebabkan volatilitas pada pergerakan pasar obligasi dan mata uang rupiah. Yield SUN 10-yr naik sebesar 23 bps di level 7,14% dan Kurs Spot Rupiah terdepresiasi sebesar 1,23% di level 16.395/USD.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News