Media Asuransi, JAKARTA – Meski harga rata-rata CPO pada 2022 diperkirakan turun menjadi MYR4.100 per ton dari MYR4.372 per ton, sektor perkebunan dinilai masih menarik.
Melalui riset bertajuk Plantation (Overweight/Maintain) – Still attractive, analis Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap, menjelaskan bahwa pihaknya memperkirakan bahwa produksi minyak sawit Malaysia akan terus meningkat pada 2022F, karena Malaysia kemungkinan akan mengatasi krisis tenaga kerja karena pelonggaran pembatasan sosial.
Dengan demikian, dia memperkirakan produksi akan meningkat menjadi 18,5 juta ton (+5,0% yoy) pada 2022F, tetapi masih di bawah tingkat pra-pandemi sebesar 19,9 juta ton pada 2019. Dia juga mencatat bahwa program penanaman kembali tampaknya berhasil, tercermin dari peningkatan dari area tertanam menghasilkan menjadi 89,2% dari total area tertanam (vs. 88,4% pada tahun 2020).
Juan mencatat bahwa produksi minyak sawit Indonesia tercatat datar sebesar 38 juta ton (+0,0% yoy) di 9M21. Hal ini didorong oleh: 1) musim kemarau yang panjang pada tahun 2019 menyebabkan penurunan produksi kelapa sawit; 2) pemupukan yang tidak memadai karena harga komoditas kelapa sawit yang tidak menguntungkan pada tahun 2019; dikombinasikan dengan 3) program peremajaan di Indonesia yang belum optimal dalam beberapa tahun terakhir.
“Secara keseluruhan, kami mengharapkan peningkatan bertahap pada produksi minyak sawit di Indonesia sebesar 1,0% yoy menjadi 50 juta ton 2022F.
Di sisi impor, jelasnya, China mencatat tingkat impor yang lebih rendah menjadi 624.000 ton (-3.0% mom; +8,1% yoy) pada September 2021, yang diterjemahkan ke dalam angka kumulatif sebesar 4,7 juta ton (+8,2% yoy).
Hal ini sejalan dengan ekspektasi Juan dalam laporan sebelumnya bahwa Mirae memperkirakan China akan menurunkan pembelian minyak sawitnya pada 2H21-2022 karena tampaknya akan meningkatkan produksi minyak nabati domestik untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak nabati.
|Baca juga: Mirae Sematkan Overweight untuk Sektor Perkebunan Indonesia
Di sisi lain, India mencatat peningkatan impor menjadi 6,9 juta ton (+19,8% yoy). Peningkatan ini disebabkan oleh kombinasi dari: 1) pembukaan kembali hotel, restoran, dan katering; dan 2) Keputusan India untuk memotong bea masuk dasar CPO untuk mengendalikan harga minyak goreng konsumen lokal dan untuk memastikan harga selama musim perayaan tetap terkendali.
“Kami juga percaya bahwa permintaan minyak sawit akan meningkat, karena minyak sawit adalah minyak pilihan di India karena harganya relatif lebih murah daripada minyak lunak lainnya, seperti kedelai dan bunga matahari.”
Hingga 9M21, sambung Juan, Indonesia berhasil mendistribusikan sekitar 6,6 juta kL biodiesel, sedikit lebih rendah dari target pemerintah sebesar 9,2 juta kL di FY21 atau 72,2% dari total target FY21. Pencapaian ini karena adanya pembatasan sosial yang mengakibatkan penurunan serapan biodiesel baik di sektor transportasi maupun industri.
Berdasarkan Rencana Energi Nasional (RUEN), penggunaan biodiesel pada 2022 bisa mencapai 10 juta kL. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk mencapai 14 juta kL pada tahun 2025. Dia mencatat bahwa kesenjangan antara harga CPO dan minyak mentah semakin lebar menjadi US$644/ton di Oktober (vs rata-rata 3 tahun US$296/ton). Namun, dia yakin program biodiesel akan berjalan lancar dengan dukungan finansial dari program ekspor retribusi baru.
“Kami mempertahankan overweight di sektor perkebunan Indonesia, meskipun kami memperkirakan asumsi harga rata-rata CPO pada 2022F turun menjadi MYR4.100 per ton dari MYR4.372 per ton karena: 1) pemulihan dari produksi minyak sawit Malaysia dan Indonesia; dan 2) permintaan yang lebih rendah dari China, karena China ingin meningkatkan produksi minyak nabati dalam negeri.”
Namun, Juan memperkirakan potensi kenaikan dari La Nina yang akan terjadi pada 1H22, potensi kendala pada pertumbuhan kelapa sawit dalam jangka panjang terutama di Indonesia karena kurangnya pelaksanaan penanaman kembali, dan harga minyak sawit MYR4.100 per ton pada 2022F masih menarik dalam waktu dekat.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News