Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan berpotensi terdepresiasi seiring dengan menguatnya sentimen kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif.
Pengamat pasar keuangan dan komoditas, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah mungkin bisa melemah hari ini terhadap dolar AS dengan motor utama dari menguatnya sentimen kebijakan pengetatan moneter yang agresif dari Bank Sentral AS.
“Semalam salah seorang petinggi Bank Sentral AS, Lael Brainard, mengomentari kenaikan inflasi AS yang sudah sangat tinggi yang perlu direspons dengan kebijakan pengetatan moneter AS yang lebih agresif seperti penjualan cepat obligasi yang dimiliki Bank Sentral AS untuk mengurangi likuiditas di pasar,” katanya kepada Media Asuransi, Rabu, 6 April 2022.
|Baca juga: BI Luncurkan Serambi Rupiah 2022
Menurutnya, yield atau tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS langsung melonjak ke atas 2,55% yang merupakan level tertinggi baru tahun ini. Pagi ini, yield sudah bergerak lebih tinggi lagi di kisaran 2,6%. Kenaikan yield ini menunjukkan naiknya ekspektasi pasar terhadap kebijakan pengetatan moneter AS yang agresif.
“Ditambah dengan invasi dan sanksi Rusia yang meningkatkan risiko inflasi, menjadi penekan aset berisiko seperti rupiah,” ujarnya.
Di sisi lain, sambung Ariston, potensi kebangkitan ekonomi Indonesia di tengah pandemi masih menjadi sentimen positif untuk rupiah. Belakangan indeks saham Indonesia mencetak rekor tertinggi baru. “Potensi pelemahan ke kisaran Rp14.380, dengan support di kisaran Rp14.330.
Sementara itu pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot ditransaksikan menguat 0,10% ke level Rp14.347 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan menguat 0,10% ke level Rp14.348 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News