Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama menyarankan investor saham untuk memilih saham pada sektor perbankan dan sektor konsumer yang tergolong undervalued dan mempunyai fundamental yang solid. Sedangkan pada pasar obligasi, investor dapat menggunakan strategi barbel.
Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta menerangkan dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bullish sebesar +2,47% ke level 6.977,67. Posisi asing mencatatkan net buy sebanyak Rp708,46 miliar. Sedangkan pada saham, net buy asing terbesar yakni BBCA (Rp432,8 miliar), AMMN (Rp306,5 miliar), dan BMRI (Rp207,9 miliar).
Sentimen dari domestik yakni rilis data neraca perdagangan mencatatkan sedikit peningkatan surplus menjadi US$3,48 miliar pada Oktober 2023. Peningkatan surplus didorong laju ekspor lebih besar dari dari laju impor. Serta terus membaiknya pertumbuhan ekspor paska terkontraksi cukup dalam pada beberapa bulan sebelumnya. Nilai ekspor tercatat naik +6,76% menjadi US$22,15 miliar.
|Baca juga: Bahana Sekuritas: Waspadai Investasi Bodong, Pahami Produknya
Kontribusi ekspor didorong dari peningkatan nonmigas terutama dari golongan barang bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati. Negara dengan tujuan ekspor telah terjadi peningkatan permintaan terutama dari China, India, dan Jepang.
Rilis data indeks harga properti pada Kuartal III/2023 juga meningkat sebesar 1,96% yoy (prev; 1,92%). Peningkatan indeks properti diakibatkan oleh harga bahan bangunan yang turut mengalami kenaikan. Serta dampak dari suku bunga BI-7drr juga mengerek laju kredit KPR, meskipun kenaikannya tidak secepat BI rate. Kenaikan indeks properti mencerminkan kenaikan harga rumah baik dari tipe kecil, menengah, dan besar.
Sentimen dari global, rilis data indeks harga China masih tetap berkontraksi sebesar -0,1% yoy pada Oktober 2023. Daya beli masyarakat yang rendah, serta permintaan tetap yang lesu, menjadi faktor penurunan sektor properti China. Stimulus yang digelontorkan pemerintah China masih belum mampu mendongkrak sektor properti dimana sektor properti ini mempunyai andil cukup penting terhadap pertumbuhan ekonomi China.
Sentimen dari AS, rilis data penjualan ritel melambat menjadi 2,5% yoy (prev; 4,1%). Tingkat penjualan ritel yang turun akan berdampak secara langsung terhadap perlambatan biaya servis. Perlambatan indikator ekonomi Amerika Serikat menjadi sentimen positif untuk pasar.
Sedangkan pada pasar obligasi juga berada pada trend bullish. Infovesta Govt. Bond Index tumbuh +0,33% ke level 10.014,90. Kurs Spot Rupiah terapresiasi 1,20% ke level Rp15.504/USD. Sentimen pendorong pasar obligasi berasal dari global yakni rilis data Inflasi tahunan CPI AS turun dan dibawah ekspektasi pelaku pasar (act; 3,2%, prev; 3,7%, cons; 3,3%).
Serta rilis data harga yang berasal dari produsen (PPI) juga turun (act; 1,3% yoy , prev; 2,2% yoy). Turunnya inflasi AS menjadi sinyal The Fed untuk tetap bersikap dovish pada pertemuan FOMC lanjutan dan ekspektasi pasar terhadap fase penurunan FFR di pertengahan tahun 2024 semakin besar.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News