Media Asuransi, JAKARTA – Meskipun telah melalui proses panjang studi kelayakan dari tahun 2012 hingga 2022, Sumitomo Metal Mining Co Ltd (SMM) atau Sumitomo tidak memiliki pilihan lain selain menghentikan studi kelayakan dan memutuskan untuk keluar dari proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, milik PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Pada tahun 2018, Sumitomo telah melakukan studi kelayakan definitif untuk proyek tersebut. Tetapi pandemi Covid-19 membuat perusahaan industri pengolahan logam asal Jepang tersebut kesulitan dalam mempertahankan proyek studi kelayakan ini baik secara internal maupun eksternal.
Baca juga: Sempat Maju Mundur, Jokowi Resmi Larang Ekspor CPO
SMM juga menganggap tidak ada prospek yang cerah di smelter ini untuk kemajuan di masa mendatang. Pihak Vale Indonesia juga telah mengupayakan alternatif untuk melanjutkan proyek tersebut, namun kedua belah pihak tidak dapat melanjutkan negosiasi.
Proyek smelter nikel Pomalaa merupakan inti dari strategi Sumitomo dalam mengamankan sumber daya nikel dalam mencapai visi jangka panjang. Sumitomo mempunyai traget produksi nikel sebanyak 150 ribu ton per tahun. Smelter nikel Pomalaa juga diposisikan sebagai proyek besar untuk mendongkrak nilai perusahaan dalam rencana bisnis tiga tahun yang diumumkan pada tahun lalu.
Baca juga: Pefindo Tegaskan Peringkat Erajaya Swasembada (ERAA) idA Stabil
Meski memutuskan untuk tidak terlibat dalam proyek ini lagi, Sumitomo akan tetap berupaya untuk mengamankan sumber daya nikel dalam rangka memperkuat rantai nilai tiga bisnis SMM, yakni sumber daya mineral, peleburan, dan pemurnian material. Sumitomo juga akan tetap memastikan pasokan nikel yang stabil sesuai rencana bisnis tiga tahunan yang diumumkan tahun 2021.
Keputusan hengkang dari Pomalaa disinyalir berdampak minim terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang berakhir 31 Maret 2022 dan 31 Maret 2023. Dari pihak INCO, mereka akan tetap berkomitmen terhadap proyek Pomalaa. Sumitomo juga juga masih tetap menjadi pemegang saham utama INCO dengan porsi 15,03% dari total saham atau sebanyak 1,49 miliar saham. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News