Media Asuransi, JAKARTA – PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) diperkirakan mendapatkan keuntungan dari tren kebijakan bebas karbon yang akan meningkatkan permintaan produk blue ammonia.
Melalui Daily Write Up bertajuk PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA IJ/Not rated) – Paving its way towards sustainability, analis Mirae Sekuritas Rizkia Darmawan menjelaskan PT Surya Esa Perkasa (ESSA) adalah salah satu produsen LPG dan amonia swasta terbesar di Indonesia. Pangsa pasar ESSA untuk produksi amonia global dan Asia masing-masing sebesar 3,5% dan 20%.
“ESSA melengkapi pabriknya dengan teknologi terbaru, sehingga memungkinkan mereka untuk berproduksi pada tingkat produksi yang lebih tinggi (110%-115% vs. rata-rata industri ~80% dari total kapasitas).
|Baca juga: Prospek Laba Surya Esa Perkasa (ESSA) Terdongkrak Harga Amonia
Pada 9M22, jelas dia, pendapatan ESSA melonjak signifikan (+131,6% YoY), terutama didukung oleh kenaikan harga amonia di seluruh dunia. Laba bersih tumbuh 10x YoY karena beban bunga kali ini jauh lebih rendah. Sebagai catatan, utang 9M22 ESSA turun sebesar 32% vs FY21.
“Kami memperkirakan produksi amonia ESSA akan stabil pada ~700 ribu ton per tahun selama 2-4 tahun ke depan karena pemeliharaan pertama telah dilakukan pada 4Q21. Selain itu kami memperkirakan harga ammonia akan tetap kuat hingga 2023.”
Menurut Rizkia, ESSA berencana untuk menggunakan teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCUS) untuk merealisasikan produksi blue ammonia, yang diharapkan dapat beroperasi penuh pada tahun 2026.
Capex yang dibutuhkan untuk proyek tersebut sekitar USD130 juta– USD200 juta. Rizkia memperkirakan permintaan akan blue ammonia akan meningkat dalam jangka panjang karena negara-negara di dunia akan terus berupaya untuk menjadi bebas karbon.
“Saat ini ESSA diperdagangkan pada EV/EBITDA sebesar 4,82x, -0,6 SD dari rata-rata EV/EBITDA 5 tahun. Kami menganggap penilaian ini cukup undemanding.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News